Sementara itu, di Kabupaten Kotawaringin Timur, virus korona penyebab Covid-19 disinyalir tak hanya menyebar di perkotaan, tetapi sampai pelosok desa. Namun, hal itu tidak teridentifikasi lantaran banyak warga tidak melapor dan takut memeriksakan diri ke tenaga medis.
”Banyak warga yang takut melapor, khususnya di pelosok desa. Banyak warga yang gejala sakitnya sama persis dengan Covid-19, tapi mereka memilih tidak cek ke medis,” ujar Sumi, warga Cempaga Hulu.
Menurutnya, di kampung dan desa, sebagian warga mengalami demam, flu, hingga kehilangan penciuman. Namun, mereka memilih pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alami.
”Kebanyakan itu obat sendiri di rumah, karena takut melapor. Kalau lapor dan di-swab, takutnya Covid-19. Covid-19 ini bagi yang terpapar akan dikucilkan dari warga atau kelompoknya,” katanya.
Warga lainnya, Yono, mengaku dua kali terinfeksi Covid-19. Infeksi kedua dinilai lebih berat dibanding sebelumnya pada 2020 lalu.
”Infeksi kedua ini betul-betul menyakitkan. Tidak hanya pernapasan saja, tetapi juga sampai demam hingga badan seperti remuk,” ujarnya.
Menurutnya, banyak rekannya yang terinfeksi, namun tidak melapor atau memeriksakan diri. ”Mungkin ada anggapan atau stigma negatif terhadap penderita Covid-19, makanya ada teman saya memilih beristirahat di rumah ketimbang memeriksakan diri ke dokter. Beruntungnya tidak apa-apa, karena selain masih muda, mungkin imun masih kuat,” tandasnya. (daq/ant/ang/ign)