Selain itu, keberhasilan KDM dalam membangun kolaborasi antara berbagai pihak pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, kementerian terkait, dan aparat penegak hukum menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu merangkul semua stakeholder untuk mencapai tujuan bersama.
Kolaborasi ini penting agar penegakan aturan tata ruang dan izin pembangunan dapat berjalan konsisten serta memberikan efek jangka panjang bagi kemaslahatan masyarakat.
Dari kasus ini, dapat diambil kesimpulan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak hanya cepat dalam mengambil keputusan, tetapi juga berani bertindak demi kebaikan bersama, meskipun harus menghadapi tantangan dan resistensi.
Kepemimpinan seperti ini sangat dibutuhkan agar pembangunan daerah dapat berjalan lancar, berkelanjutan, dan tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Oleh karena itu, gaya kepemimpinan intelegent yang diperlihatkan oleh Kang Dedi Mulyadi dalam menangani kasus penggusuran tempat wisata ilegal merupakan contoh teladan bagi para pemimpin masa kini.
Kepemimpinan yang tidak hanya mengandalkan keberanian dalam mengambil tindakan, tetapi juga didasarkan pada analisis mendalam, data akurat, dan pemahaman regulasi yang jelas, menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi.
Lebih dari itu, komitmen Kang Dedi untuk mengedepankan solusi berkelanjutan melalui penghijauan dan pemulihan lingkungan menegaskan bahwa kepemimpinan sejati harus mampu memikirkan dampak jangka panjang demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam.
Dengan demikian, kepemimpinan intelegent seperti ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi kompleksitas tantangan di era global, agar pembangunan yang dilakukan tidak hanya cepat dan tepat, tetapi juga bertanggung jawab dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (*)