Nasib serupa juga dialami Andi yang juga menjadi korban penipuan jual beli tiket secara online. Dia membeli seharga Rp300 ribu untuk satu tiket. Andi berangkat membawa istri dan kedua anaknya, sehingga total biaya sebesar Rp1,2 juta.
”Sudah bayar tiket lewat online, ternyata orangnya menipu. Tunggu-tunggu lama tiket belum juga diberikan. Kami pasrah dan mencoba ikhlas. Bersyukur PT Pelni masih mau membantu membuka penjualan tiket karena masih ada ketersediaan. Harga tiket tujuan Semarang jauh lebih murah dibandingkan penjualan tiket abal-abal. Saya masih bersyukur tetap bisa berangkat mudik ke Semarang,” ujarnya.
Tati dan Andi hanya beberapa calon penumpang yang menjadi korban. Masih banyak calon penumpang yang menjadi korban penipuan. Bahkan, informasinya saat verifikasi tiket, petugas PT DLU menemukan tiket kapal PT Pelni dan informasi yang tertera di dalamnya kapal milik DLU.
Selain itu, ada pula ditemukan penumpang yang diberangkatkan tidak sesuai identitas di KTP-el. Meski demikian, penumpang tersebut tetap diberikan toleransi masuk kapal, karena tiketnya asli dan sudah melakukan pembayaran walaupun nama identitas yang tertera dalam tiket berbeda dengan calon penumpang yang berangkat.
Korban calo lainnya adalah Yeni, calon penumpang PT Pelni yang dijanjikan calo berangkat dari Pelabuhan Sampit menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang pada Selasa (18/4) lalu. Dia harus menunggu sejak pagi hingga menjelang kapal berangkat untuk mendapatkan tiket.
Yeni mengaku memesan tiket melalui pria berinisial S. Dia bersama suaminya membeli dua tiket sebesar Rp850 ribu. ”Baru saya bayar Rp450 ribu. Mau saya bayar lunas tapi saya ragu-ragu,” ujarnya.
Yeni juga mengaku membayar jasa calo untuk pembuatan sertifikat vaksin dosis 3 sebesar Rp270 ribu untuk identitas dua orang. Meski demikian, dia menyadari kesalahannya memesan tiket melalui calo, karena menurutnya hal itu akan lebih praktis. Apalagi ketika dia mencoba memesan tiket secara online, prosesnya selalu gagal.
”Saya mendampingi kerja suami bekerja di perusahaan daerah Sangai. Kalau saya pesan tiket ke Sampit, jarak tempuhnya terlalu jauh dan saya ragu kehabisan tiket, makanya saya pesan lewat orang dengan harapan mendapatkan tiket. Kalaupun pesan online juga gagal terus prosesnya. Makanya nyari jalur yang praktis,” ujarnya.