Produksi CPO Kaltim Turun 11,5 Persen

pabrik sawit
MENURUN: Produksi crude palm oil Kaltim pada periode Agustus 2023 mencapai 4.771 ribu ton. (PROKAL.CO)

SAMARINDA, radarsampit.com – Produksi crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) pada Agustus 2023 mengalami penurunan 11,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4.771 ribu ton. Yakni di level 4.221 ribu ton, dengan rincian produksi CPO sebesar 3.855 ribu ton dan PKO 366 ribu ton.

Meski secara bulanan mengalami penurunan, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, secara tahunan year on year (yoy) sampai Agustus terjadi peningkatan produksi sebesar 14,8 persen atau 4.678 ribu ton, lebih tinggi dari produksi 2022 sebesar 31.609 ribu ton, menjadi 36.287 ribu ton pada 2023.

Bacaan Lainnya

Total konsumsi dalam negeri Agustus 2023 sebesar 2,037 ribu ton atau lebih tinggi 14,8 persen dari konsumsi Juli, yakni sebesar 1.757 ribu ton. Kenaikan ini terjadi akibat penggunaan biodiesel sebesar 237 ribu ton ( bertambah 33 persen), dari 719 ribu ton pada Juli 2023 menjadi 956 ribu pada Agustus.

Kenaikan juga terjadi untuk pangan dari 853 ribu ton di Juli 2023 menjadi 898 ribu ton di Agustus 2023 sedangkan untuk oleokimia turun 2 ribu ton. “Peningkatan produksi CPO secara tahunan, juga membawa penurunan harga,” katanya, Jumat (27/10).

Baca Juga :  Jokowi Resmikan PLTS Terapung Cirata 192 MWp

Dia mengungkapkan, harga CPO Kaltim terkontraksi 18,81 persen (yoy). Adapun harga CPO tercatat Rp 11.067 per kg pada Agustus, lebih rendah dari rata-rata sebelumnya yang sebesar Rp 11.584 per kg. Kemudian jika dilihat dari penjualan ekspor CPO ke pasar global, ekspor CPO Kaltim masih menunjukkan kinerja pertumbuhan yang positif meski sedikit melambat.

Sampai triwulan kedua pertumbuhan ekspor CPO Kaltim tumbuh 52,26 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 53,41 persen (yoy). Adapun sebagian besar CPO Kaltim diekspor ke Tiongkok dengan pangsa 35 persen, disusul Pakistan (23 persen), Eropa (10 persen), kemudian Filipina dan Malaysia dengan masing-masing 7 persen dan 4 persen.

Lebih lanjut, pertumbuhan ekspor Kaltim yang melambat bersumber dari perlambatan ekspor CPO Kaltim ke Tiongkok dan India, sementara pertumbuhan ekspor CPO Kaltim ke Pakistan, Filipina dan Eropa terpantau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. “Penurunan ekspor ini lebih disebabkan oleh rendahnya produksi dan penyerapan dalam negeri yang tetap naik secara konsisten,” pungkasnya. (ndu/k15)



Pos terkait