Saat Warga Tionghoa Sampit Merayakan Imlek 2574 Kongzili

Waktunya Kumpul Keluarga, Menjaga Tradisi Bersama

ibadah imlek
IBADAH: Umat Buddha Vihara Karuna Maitreya Sampit melaksanakan ibadah tutup tahun jelang Imlek 2574 Kongzili, Sabtu (21/1) malam. (YUNI/RADAR SAMPIT)

”Ada makanan yang dianggap memberi keberuntungan, seperti ikan dan mi yang memiliki makna agar panjang umur,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, ada tradisi lain yang biasanya dilakukan saat Imlek, yakni bertukar amplop merah atau angpao dan hadiah lainnya. Tradisi ini paling ditunggu-tunggu.

Bacaan Lainnya

“Ini tradisi yang biasanya paling ditunggu, di mana yang masih single dan belum berkeluarga akan diberikan hadiah. Hadiah yang paling umum adalah angpao,” katanya.

Angpao tersebut berisi uang dan sering diberikan kepada anak-anak dan kerabat yang masih lajang. Jumlah uang berkisar puluhan hingga ratusan ribu. Sepekan jelang Imlek, warga keturunan Tionghoa membersihkan dan mendekorasi rumah dengan pernak-pernik yang umumnya berwarna merah ataupun emas.

Tradisi membersihkan rumah memiliki makna menyapu kesialan tahun sebelumnya dan membuat rumah mereka siap menerima keberuntungan. Sedangkan warna merah diyakini sebagai warna keberuntungan untuk Tahun Baru Imlek. Di samping itu, merah menunjukkan kemakmuran dan energi yang dapat mengusir roh jahat dan segala sesuatu yang bersifat negatif.

Baca Juga :  Warisan Bermasalah Ben Brahim, Habiskan Rp63 Miliar Rujab Bupati Kapuas Belum Layak Ditempati

Biasanya, warna merah didominasi dengan menggantungkan lentera merah  di jalanan dan gambar tahun baru ditempel di pintu. Perayaan Imlek tahun ini diharapkan tak hanya mengulang tradisi saja, tetapi dapat membawa keberkahan bagi siapa saja. (yn/ign)



Pos terkait