Terus bertambahnya korban bunuh diri itu, membuat Bupati Katingan Sakariyas prihatin. Dia mengaku telah memerintahkan instansi terkait untuk memberikan pemahaman pada warga. Selain itu, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa juga diminta berpartisipasi membimbing masyarakat.
”Jika ada persoalan, tentu ada solusinya. Sebab, Tuhan tidak mungkin menguji di luar batas kemampuan yang ada. Tentu ada jalan keluarnya,” katanya, Rabu (27/4).
Orang nomor satu di Katingan ini heran peristiwa bunuh diri semakin banyak di wilayahnya. Dia meminta masyarakat berpikir panjang dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, serta tak berpikir sempit dengan jalan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Katingan Elmon Sianturi sebelumnya mengatakan, pihaknya telah melakukan riset terkait tingginya angka bunuh diri. Hasilnya, bukan hanya persoalan ekonomi yang menjadi penyebab kasus gantung diri, namun juga persoalan rumah tangga.
Catatan Radar Sampit, dugaan penyebab bunuh diri dari tujuh kasus yang terjadi, empat kasus karena depresi akibat tak tahan dengan sakit yang diderita, satu kasus karena terimpit masalah ekonomi setelah kehilangan pekerjaan, satu kasus karena depresi tinggi, dan sisanya belum diketahui motifnya.
Elmon menuturkan, dinsos terus memberikan perhatian kepada masyarakat yang kurang mampu. ”Kami akan memberikan edukasi dan motivasi menyangkut psikologi dengan menggandeng Kesbangpol dan tokoh agama, serta masyarakat,” ujarnya.
Sejauh ini, lanjutnya, Pemkab Katingan telah memberlakukan bimbingan rohani dan spiritual kepada masyarakat agar menekan kasus gantung diri. Dengan mengingatkan masyarakat jika ada persoalan untuk diselesaikan dan dibicarakan dengan orang-orang terdekat.
Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Palangka Raya, Fakhrisina Amalia Rovieq, sebelumnya mengatakan, bunuh diri bisa terjadi saat individu sudah tidak bisa lagi mengendalikan perasaan putus asa ketika menghadapi permasalahan. Diperlukan pendekatan keluarga dan agama agar peristiwa itu bisa dicegah.