Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) mendapat reaksi keras dari berbagai elemen. Baik mahasiswa maupun para pekerja. Kepolisian melakukan antisipasi dengan mengelar simulasi.
KOKO SULISTYO-radarsampit.com, Pangkalan Bun
Puluhan orang dari berbagai elemen masyarakat dan pekerja melakukan aksi unjuk rasa di Jalan Tarmili, Kota Pangkalan Bun. Mereka menuntut kenaikan upah, Selasa (6/9).
Massa beranggapan, dampak kenaikan BBM akan memicu kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, sehingga upah yang mereka terima bakal tidak mencukupi. Aksi yang dilaksanakan di tengah Kota Pangkalan Bun itu berlangsung ricuh. Massa terlibat bentrok dengan aparat gabungan yang mengamankan aksi.
Massa yang sudah berkumpul sejak pagi melakukan orasi. Awalnya aksi berlangsung damai. Namun, semakin lama semakin memanas dan massa terlihat mulai menunjukkan gelagat beringas.
Tim negosiasi segera menjalankan tugasnya dengan melakukan komunikasi pada koordinator lapangan, namun menemui jalan buntu. Tiba-tiba kepulan asap tebal mengangkasa. Massa sudah membakar ban bekas di lokasi aksi.
Pengendali Massa (Dalmas) awal diturunkan. Berupaya persuasif menghadapi keberingasan massa. Namun, massa melempar berbagai benda. Aparat akhirnya mundur dan Pengendali Massa dengan tameng dan pentungan menerobos masuk ke garis depan, mencoba menghalau puluhan massa yang sudah tidak terkendali.
Gesekan semakin memanas. Saling dorong, saling tendang mewarnai kericuhan pagi itu. Tim Pengendali Massa sedikit kewalahan dan dipukul mundur pengunjuk rasa. Tiba-tiba dukungan dari kendaraan taktis water Canon datang. Semprotan air dengan tekanan tinggi membuat pengunjuk rasa kocar-kacir.
Kondisi tersebut segera dimanfaatkan Tim Reaksi Cepat (TRC) Polres Kobar bersenjata lengkap dengan naik kendaran roda empat dan kendaraan roda dua, langsung melakukan penangkapan terhadap pengunjuk rasa yang diduga menjadi provokator.
Simulasi tersebut digelar sebagai bentuk kesiapsiagaan jajaran Polres Kotawaringin Barat dalam menghadapi setiap bentuk ancaman aksi demonstrasi.