”Ada yang laku tapi tak bisa mengembalikan biaya produksi. Bahkan dulu sempat menitip di toko oleh-oleh hingga banyak tutup akhirnya expired. Bertahannya produk abon bisa 6 bulan. Dan kami tidak pakai pengawet,” terangnya.
Dipaparkannya, selama ini produk-produk yang dihasilkan merupakan olahan hasil perikanan. Berupa Abon Kandas Sarai Ikan Gabus, Kandas Sarai Ikan Patin, Abon Rendang, Pantin, otak-otak Ikan Bandeng, Pempek Ikan Gabus, Tenggiri, Bakso Ikan Gabus hingga Dendeng Ikan Patin dan produk ikan lainnya. Dengan harga sangat terjangkau dan original olahan ikan, tanpa bahan pengawet kimia.
Lebih lanjut Wahyuni menguraikan, ikan yang bisa diolah yakni Patin dan Haruan atau Gabus karena banyak dicari dan ketersediaan bahan. Ke depan mereka angkat menggunakan Lele lagi. ”Namun sekarang tak lagi berani memproduksi lebih banyak. Kecuali ada orderan. Seperti ada orderan oleh kementerian perikanan dalam acara safari gemar ikan 1.000 bungkus abon yang saat ini kami produksi,” sebutnya.
Menurut wanita ini, tidak hanya penurunan omset menjadi tantangan bagi UMKM. Tetapi juga pemasaran dalam kondisi saat ini, maka itu pihaknya selalu memiliki inovasi-inovasi produk tergantung permintaan atau perkembangan saat ini. Ia mengaku ini pemasaran masih sekitar kota, tapi mereka juga tawarkan via online, baik melalui platform onlineshop ternama, hingga bisa dikenal seluruh Indonesia, hingga ia mengaku pernah dibeli untuk oleh-oleh dibawa ke luar negeri, seperti Australia dan Jepang.
Wahyuni menambahkan, mereka saat ini mengandalkan modal yang ada dan manajemen sendiri. Dan PMEFS dibentuk tahun 2016 bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Sebelumnya, ia sendiri dan mandiri dengan memproduksi Abon Cempedak. Kemudian tahun 2015 didata Dinas Perikanan dan setahun diberi pembinaan hingga akhirnya terbentuk.
”Sampai sekarang dan tetap bertahan meskipun omset menurun drastis, tetapi kami para UMKM optimis terus bertahan. Makanya langkah bertahan di pandemic Covid-91 menerapkan varian produk,” sebutnya