Dari pemantauan petugas di Dinas Pertanian Kotim, rata-rata babi yang mati berusia 3-10 bulan ke atas. Dengan masa inkubasi penularan sekitar 15 hari. ”Lamanya penularan tergantung kekebalan tubuh hewan,” katanya.
Kendati virus ASF ganas dan dapat mematikan babi, lanjutnya, virus itu tidak menular ke hewan lainnya dan tidak membahayakan manusia. Namun, virus ASF sangat mudah menyebar tanpa disadari. Virus dapat bertahan pada benda selama berbulan-bulan, seperti pakaian dan peralatan lain yang digunakan peternak yang terpapar virus ASF.
”Virus ASF dapat menular dari manusia yang membawa virus bisa dari sepatu, pakaian, kendaraan, dan lain-lain yang dikenakan pekerja kandang. Tetapi, virus ini tidak berbahaya dan tidak menular ke manusia,” jelasnya.
Endra mengimbau masyarakat yang beternak babi segera melaporkan ke Dinas Pertanian Kotim apabila ditemukan tanda atau gejala yang dialami babi, seperti demam tinggi di atas 41 derajat celcius, kemerahan pada kulit, terutama moncong dan telinga, sesak napas, dan mati mendadak.
”Virus ASF dapat menyerang semua umum babi, baik jantan maupun betina. Saat ini belum ada vaksin ataupun obat khusus yang dapat mengobati virus ASF. Tetapi, virus ini dapat dicegah dengan menjaga makanan dan minuman yang dimakan babi, menjaga kebersihan kandang, mengisolasi babi yang sakit, dan laporkan ke kami apabila ditemukan babi yang sakit ataupun sudah mati, sehingga kami dapat segera turun ke lapangan memeriksa dan melakukan pendataan,” tandasnya. (hgn/ign)