Waspada! Deepfake dan OTP Palsu Kini Jadi Senjata Baru Penipu Digital

deepfake
Ilustrasi: Cara kerja deepfake dengan mengkloning wajah seseorang. (Analytics Insights)

Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik Komdigi, Teguh Arifiyadi, mengingatkan bahwa lebih dari 90 persen penipuan digital di Indonesia berakar pada rekayasa sosial.

Ia menyebut pentingnya mitigasi risiko dan sistem verifikasi identitas yang kuat, terutama ketika teknologi seperti AI makin mudah diakses oleh siapa saja, termasuk pelaku kriminal.

Bacaan Lainnya


“Serangan berbasis deepfake bukan hanya merugikan secara finansial, tetapi juga merusak kepercayaan dalam komunikasi digital,” kata Teguh belum lama ini di Jakarta.

Selain itu, di tengah derasnya arus teknologi, masyarakat dituntut tidak hanya melek digital, tetapi juga kritis terhadap informasi yang diterima, terutama yang tampaknya datang dari orang-orang terdekat.

Pengenalan platform edukatif seperti Where’s The Fraud Hub menjadi langkah awal yang penting. Namun, pada akhirnya, pertahanan terbaik terhadap penipuan digital berbasis AI adalah kesadaran kolektif, edukasi berkelanjutan, dan kewaspadaan dalam setiap interaksi digital.

Baca Juga :  Ivan Sugianto Disoraki Penghuni Tahanan Lain, Diminta Sujud dan Menggonggong

Di era di mana suara dan wajah bisa dipalsukan hanya dalam hitungan menit, skeptisisme bukan lagi sikap sinis, melainkan bentuk perlindungan diri dari upaya kejahatan yang semakin canggih.



Pos terkait