Waspada Siasat Adu Domba Polemik Pasukan Merah, Hormati Perjanjian Tumbang Anoi

POLEMIK-PASUKAN-MERAH
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

”Jangan sampai masyarakat Dayak terbelah membela sesuatu yang patut diduga adalah kepentingan tertentu kelompok elite. Masyarakat Dayak jangan mau diadu domba dan lebih baik saling merangkul dan bersahabat sesama Dayak, sehingga eksistensi Dayak semakin lebih baik dan disegani suku bangsa lainnya yang tinggal di Kalimantan,” ujarnya.

Lebih lanjut Darmae Nasir mengatakan, apabila TBBR melanggar adat dan budaya Dayak  Kalteng seperti tudingan sejumlah ormas yang menggelar aksi pekan lalu, harusnya selesaikan secara adat dan budaya Dayak juga. ”Musyawarah dan saling menjunjung tinggi falsafah huma betang. Bukan dengan aksi atau hal lainnya,” katanya.

Bacaan Lainnya

Penyelesaian secara adat, lanjutnya, bisa difasilitasi tim netral dari para Damang. Hal itu sesuai ketentuan Perda Kalteng Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalteng yang menyebutkan, persoalan adat budaya, yang berhak menyelesaikannya adalah para damang yang diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.

Baca Juga :  Mengenal Balian Balaku Untung, Ritual Sakral Suku Dayak

”Polemik itu harus diselesaikan dengan musyawarah. Difasilitasi dengan orang-orang yang dituakan, yakni Damang. Nah, mereka itu yang menyelesaikan. Mereka adalah perangkat yang bertugas menjaga dan menegakkan adat budaya Dayak. Kita percayakan persoalan itu untuk diselesaikan Damang,” ucap pria yang juga salah satu pengurus Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ini.

Dia mengharapkan para Damang yang bertugas menjunjung tinggi hukum adat Dayak sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal itu juga akan memperlihatkan bahwa masyarakat Dayak mempunyai adat dan budaya luhur yang patut dihormati semua pihak.

”Bentuk tim khusus Damang untuk menyelesaikan. Ini sekaligus sebagai wujud bahwa masyarakat Dayak sadar dan mengerti  apa yang disebut budaya betang yang tentunya adalah penghormatan dan implementasi dari hukum adat Dayak,” tegasnya.

Seperti diberitakan, eksistensi Pasukan Merah di Kalteng memicu protes sejumlah organisasi masyarakat. TBBR dinilai meresahkan masyarakat dan arogan. Ratusan warga dari sejumlah ormas yang tergabung dalam Koalisi Organisasi Masyarakat Dayak Kalteng meminta agar Pasukan Merah dibubarkan.



Pos terkait