Ajid menyadari betul, ketika awal merintis Radar Sampit, perjalanannya tak akan mudah. Berbagai kendala itu dihadapi, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), keterbatasan produksi, dan segudang kendala lainnya.
”Situasi waktu itu serba minimalis. Merintis media itu tidak mudah. Kami dituntut untuk bisa bekerja secara maksimal. Bisa dikatakan, ibaratnya Radar Sampit sudah memiliki senjata, tetapi belum memiliki amunisi yang kuat. Tapi, alhamdulillah kami bisa menghadapinya walaupun itu sulit,” tuturnya.
Menurut Ajid, bisnis media konvensional merupakan bisnis padat modal. Media setidaknya harus memiliki mesin cetak, gedung, alat pendukung, komputer, dan kelengkapan kantor lainnya.
”Ketika awal produksi, kami masih mendapatkan subsidi dari induk perusahaan. Normalnya media itu baru bisa lepas subsidi lima tahun. Itu pun sudah bisa dikatakan sangat cepat. Tapi, Radar Sampit memasuki tahun keempat sudah bisa terlepas dari subsidi. Sudah mandiri dan tidak bergantung secara finansial dengan induknya (Kaltim Post, Red),” katanya.
”Itu artinya sangat baik. Menjadikan indikator bahwa tidak salah Kaltim Post mendirikan Radar Sampit dari distribusi koran di Kota Sampit, Kota Palangka Raya, dan terus berkembang hingga sampai ke-14 kabupaten/kota se-Kalteng,” sambungnya.
Menurut Ajid, sebelum terbit, tim Radar Sampit menyebarkan spanduk di berbagai penjuru kota. Spanduknya dibikin dengan sangat menarik dan membuat orang penasaran.
”Catat tanggal mainnya. Ada sesuatu yang baru yang membuat banyak orang penasaran, yaitu lahirnya media Radar Sampit,” kenang Ajid, menyitir penggalan kata dalam spanduk.
Selama kurang lebih delapan tahun ditugaskan mengembangkan Radar Sampit, Ajid dikenal sebagai sosok yang memiliki wibawa, tegas, kaku, dan disegani para karyawan. Dia memegang prinsip, bahwa seluruh karyawan penting untuk membangun solidaritas dan semangat gotong royong untuk mengembangkan perusahaan yang tentunya memberikan timbal balik yang positif terhadap karyawan sendiri.
”Di manapun kita bekerja, penting membangun solidaritas. Karena, ketika tidak solid, akan sulit mencapai tujuan perusahaan. Saya juga selalu tanamkan kepada karyawan agar terus menjaga semangat gotong royong. Apalagi ketika awal merintis semua karyawan dituntut harus multitalent. Karyawan di semua divisi, harus bisa merangkap menjadi marketing bagi perusahaan. Hanya dengan cara itu Radar Sampit bisa terus berkembang menjadi lebih baik,” ujarnya.