17 Tahun Radar Sampit, Tonggak Perjuangan Mengawal Pembangunan

cover radar sampit
Cover koran HUT 17 Tahun Radar Sampit. (Muhammad Faisal/Radar Sampit)

Menurutnya, bisnis media bisa dikatakan bisnis yang ”abu-abu” antara tupoksi melekat sebagai jurnalistik dan ada nilai bisnis di dalamnya. ”Jadi, memang harus ada keseimbangan memainkan peran dan tupoksi jurnalistik dan keseimbangan menjalankan bisnis agar perusahaan pers itu sehat secara industri,” ujar pria yang kini menjabat Direktur Balikpapan Post ini.

Lebih lanjut Ajid mengatakan, bekerja di perusahaan media cetak semestinya bisa menjadi kebanggan bagi karyawan itu sendiri. Pasalnya, ketika perusahaan media itu masih bisa bertahan hidup, hal tersebut menandakan perusahaan sudah menjalankan manajemen yang baik. Sebaliknya, banyak media cetak yang berguguran karena tak sanggup bertahan dengan gempuran media sosial dan memilih beralih menjalankan bisnis media secara daring.

Bacaan Lainnya

”Radar Sampit masih bisa survive dan masih bisa eksis, inilah edit value yang justru mestinya jadi kebanggaan bagi orang yang masih bekerja di media cetak, karena perusahaan masih bisa survive, sementara perusahaan media cetak lain sudah banyak yang tumbang dan beralih platform ke online,” ujarnya.

Baca Juga :  Panitia Matangkan Persiapan Gowes Kemerdekaan, Cek Jalur Lintasan Gowesnya

Ajid menambahkan, menjaga perusahaan media cetak agar tetap bisa bertahan tentu bukan hal yang mudah di era sekarang. Pembaca koran semakin menurun. Hal itu menjadi fakta yang tidak dapat dimungkiri.

”Dengan biaya produksi lebih besar, tapi masih bisa bertahan, secara kinerja keuangan pasti masih punya kemampuan membayar operasional dan biaya produksi cetak dan sudah pasti media cetak memiliki banyak platform media sosial. Menurut saya, kita harus bangga karena kita punya harkat yang lebih tinggi. Secara pengelolaan manajemen, perusahaan masih sehat, masih bisa gaji karyawan. Secara value harusnya lebih tinggi, kalau media online belum tentu memiliki media cetak,” ujarnya.

Ajid mengakui menjalankan bisnis media melelahkan, karena media cetak harus bisa menyesuaikan dengan multiplatform. Dalam satu konten harus tersebar di semua multiplatform media.

”Kalau ada masyarakat yang bertanya apakah koran itu masih ada atau tidak, itu bisa kita maklumi. Terpenting, walaupun oplah berkurang, tapi koran cetak masih terbit dan itu tetap diperlihatkan. Memang menjalankan bisnis media itu capek, tidak cukup hanya menerbitkan informasi melalui koran, tetapi juga dituntut harus menyesuaikan dengan multiplatform, di mana satu konten bisa terdistribusi ke semua multiplatform. Itu bukanlah pekerjaan mudah. Perlu tim yang solid yang bisa bekerja sama menjalankan tujuan yang sama dalam mengembangkan perusahaan media,” ujarnya.



Pos terkait