Namun, PDIP berpandangan bahwa pemerintahan harus dilandasi kebersamaan sebagai kekuatan. Untuk itulah PDIP membuka diri dan aktif berkomunikasi dalam menjajaki koalisi dengan partai-partai lainnya.
”Apalagi kita di Kotawaringin Timur ini mengusung semangat Habaring Hurung atau gotong royong. Makanya kami menganggap sangat penting untuk menjalin komunikasi dengan semua partai politik,” tegas Halikinnor.
Halikinnor menyampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang terus menyampaikan dukungan kepadanya. Jika kembali diberi amanah memimpin Kotawaringin Timur, dia ingin melanjutkan dan meningkatkan pembangunan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Halikinnor mengaku bersyukur karena sambutan positif juga diberikan tokoh politik di daerah ini. Untuk itu, dia kembali akan mendatangi partai politik lainnya untuk mendaftarkan diri dalam penjaringan bakal calon bupati di partai-partai tersebut.
Sebelumnya, politikus senior di Kotim, Supriadi, menilai, minimnya bakal calon potensial yang muncul sebagai penantang petahana dalam Pilkada Kotim jadi potret buram demokrasi.
Partai politik dinilai gagal melakukan kaderisasi, sehingga tak ada sosok yang bisa dijual untuk melawan dominasi incumbent. Akibatnya, calon boneka pun rawan dimunculkan
”Padahal, pilkada merupakan kasta tertinggi kemampuan berpolitik yang harus ditunjukkan. Kalau hal ini sampai terjadi, sangat disayangkan atas gagalnya partai politik menyiapkan kader untuk benar-benar siap bertarung ide dan gagasan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat Kotim,” kata Supriadi, Selasa (14/5/2024).
Kondisi demikian, lanjut Supriadi, membuat pasangan calon boneka bisa dimunculkan. Calon boneka biasanya didorong maju sebagai basa-basi politik untuk melawan pasangan calon agar tak melawan kotak kosong.
Dalam artian, paslon tersebut dimunculkan untuk memuluskan jalan pasangan yang diunggulkan banyak parpol, yang biasanya merupakan petahana.
Menurut Supriadi, partai politik yang cenderung mengekor pada petahana, memperlihatkan partai politik tak punya nyali dan jagoan untuk bisa dipertandingkan dalam percaturan politik.