Bandara Haji Asan Sampit Terancam Sepi, Hal Ini yang Harus Dilakukan

ilustrasi landasan pacu bandara
Ilustrasi. (M Faisal/Radar Sampit)

”Kalau  nantinya dapat didarati pesawat  berbadan lebar, kami berharap harga tiket bisa lebih murah seperti Palangka Raya, sehingga ini akan sangat membantu aktivitas perekonomian di Kotim ini,” ucap Rinie.

Sebelumnya, rencana perluasan landasan pacu (runway) Bandara Haji Asan Sampit bakal menelan anggaran sekitar Rp60 miliar. Pemkab Kotim telah menyelesaikan pembebasan lahan di jalur landasan.

Bacaan Lainnya
Gowes

Bupati Kotim Halikinnor mengatakan, sebelum Covid-19 pada 2019 lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pernah menganggarkan peningkatan dan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit. Namun, dalam perjalanannya, lahan belum clear, sehingga anggaran yang disiapkan belum bisa terealisasi.

Halikinnor belum bisa memastikan apakah Kemenhub telah menganggarkan untuk perluasan landasan atau belum. ”Sampai saat ini informasi sementara dari Kepala Bandara belum tahu ada atau tidaknya anggaran APBN untuk perluasan landasan, walaupun master plan sudah masuk di Kemenhub. Ada kemungkinan belum teranggarkan,” katanya.

Baca Juga :  Bupati Kotim Berang Disebut Pembodohan Publik

Oleh karena itu, Halikinnor akan berkomunikasi dan menghadap Menhub untuk memastikan anggaran tersebut. Apabila tidak ada kepastian, dia akan koordinasikan dengan DPRD Kotim untuk menggunakan APBD.

”Memang seharusnya pusat yang mengganggarkan pakai APBN, tetapi ini kan kebutuhan kita (Kotim) dan ini memang harus diupayakan karena ini menyangkut fasilitas publik yang sangat vital,” tegasnya.

Halikinnor khawatir, apabila tidak segera mengupayakan perluasan landasan, maskapai yang ada justru berhenti beroperasi. Akibatnya, maskapai penerbangan semakin sepi dengan rute yang semakin sedikit dan layanan di bandara menjadi tidak berfungsi maksimal.

Halikinnor bertekad Bandara Haji Asan Sampit harus naik kelas dan mampu bersaing dengan kabupaten lainnya. ”Kurang panjangnya landasan pacu merembet ke tarif tiket pesawat yang mahal. Kita tidak ada pilihan, pesawat sedikit, di situ kelemahan kita. Harga tiket mahal pun kadang saya bisa tak dapat karena terlambat dan saya juga sering lewat Palangka Raya karena tidak ada pilihan,” ujarnya. (ang/ign)



Pos terkait