Begini Respons Publik Kalteng Sikapi Konflik Pasukan Merah vs Sejumlah Ormas

Konflik antara sejumlah organisasi masyarakat (ormas) dengan Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau Pasukan Merah jadi sorotan publik di Kalimantan Tengah
GELAR AKSI: Koalisi Organisasi Masyarakat Dayak Kalteng melakukan unjuk rasa menolak keberadaan TBBR atau Pasukan Merah di Bumi Tambun Bungai, Jumat (26/11). (DODI/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Konflik antara sejumlah organisasi masyarakat (ormas) dengan Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau Pasukan Merah, jadi sorotan publik di Kalimantan Tengah. Sebagian masyarakat mengimbau agar pihak yang berkonflik tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Apalagi sesama suku.

Penyelesaian masalah harusnya dilakukan dengan menjunjung tinggi semboyan bangsa; Bhineka Tunggal Ika, dan falsafah huma betang yang mengedepankan musyawarah mufakat, kesetaraan, kejujuran, dan kesetiaan. Sebaliknya, saling unjuk kekuatan berpotensi memecah persatuan dan memicu konflik lebih besar yang justru merugikan banyak pihak.

Bacaan Lainnya

Demikian benang merah yang bisa ditarik Radar Sampit dari berbagai komentar publik di media sosial menyikapi aksi penolakan sejumlah ormas di Kalteng terkait keberadaan Pasukan Merah. Publik berharap persatuan dan kesatuan, apalagi sesama suku, tetap dijaga. Jangan sampai perbedaan pandangan menciptakan jurang pemisah yang justru merugikan.

”Orang manapun dia, suku apa pun dia, ormas apa pun dia, tetap Bhineka Tunggal Ika. Yang teramat sangat penting, manakala suatu ormas itu berjuang untuk membela rakyat, melindungi alam, itulah tujuan yang sesungguhnya. Itulah yang wajib didukung. Ormas manapun jangan tersinggung,” kata akun Facebook Yulius Chandram saat merespons pemberitaan aksi penolakan terhadap Pasukan Merah di Kalteng.

Baca Juga :  Pasukan Merah Bakal Melapor ke Kapolri

”Mari kita sama-sama berbuat untuk rakyat! Mari berbuat untuk alam kita! Saatnya Dayak bersatu untuk untuk bela rakyat, bela alam, pertahankan SDA kita. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” tambahnya lagi.

Netizen lainnya, Dianto Arifin, meminta semua pihak agar mewaspadai upaya provokasi yang memecah belah masyarakat. ”Pecah belah dan adu domba adalah siasat politik sejak zaman penjajahan. Tetap jaga kerukunan dan tetap solid dalam perjuangan tanpa melihat perbedaan,” tulisnya.

Dari pengamatan Radar Sampit, respons publik terhadap polemik tersebut beragam. Sebagian mendukung keberadaan Pasukan Merah. Namun, ada pula yang mendukung aksi penolakan. Sebagian lagi menyerukan tetap menjaga persatuan. (ang/ign)



Pos terkait