BMKG Kobar Ingatkan Potensi Banjir Susulan

Hujan Besar Masih Mungkin Terjadi

BMKG Kobar Ingatkan Potensi Banjir Susulan
BANJIR: Salah satu sekolah di Kecamatan Kotawaringin Lama terendam banjir ebebrapa waktu lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stamet Kelas III Iskandar, Kotawaringin Barat mengingatkan terjadinya banjir susulan. Meski banjir yang melanda Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) sudah mulai surut dan menyisakan beberapa titik kantong banjir.

PANGKALAN BUN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stamet Kelas III Iskandar, Kotawaringin Barat mengingatkan terjadinya banjir susulan. Meski banjir yang melanda Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) sudah mulai surut dan menyisakan beberapa titik kantong banjir.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Iskandar, Kotawaringin Barat Aqil Ikhsan mengatakan, bulan September ini Kabupaten Kobar memasuki musim hujan dasarian ke II, untuk itu diimbau agar masyarakat agar selalu waspada terhadap banjir susulan yang akan kembali melanda.

“Sering terjadinya gangguan atmosfer di musim kemarau kemarin, sehingga kemarau cenderung basah dan potensi ini akan berlanjut di musim hujan ini hingga awal tahun nanti,” terangnya, Rabu (22/9).

Menurutnya untuk Kabupaten Kobar bagian utara puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Maret tahun depan, sementara untuk Kobar bagian selatan puncak musim hujan pada bulan Desember. “Kabupaten Kobar masuk dalam dua zona musim (ZOM) tersebut,” lanjutnya.

Kemudian, kata dia, ada tiga faktor yang mendasari hal tersebut, yaitu anomali suhu permukaan laut, gelombang ekuatorial, dan pola angin. Dijelaskannya, analisis dari suhu permukaan laut menunjukkan bahwa suhu di bagian selatan Kalimantan Tengah, bernilai positif 0.5 sampai 1.0 derajat celcius, hal itu menunjukkan bahwa perairan di bagian selatan Kalteng memiliki suhu yang relatif lebih hangat dari kondisi normal.

Baca Juga :  Besei Kambe Open Bakal Digelar di Sungai Arut 

Dengan begitu maka faktor tersebut dapat menimbulkan penguatan yang lebih tinggi di wilayah kejadian, sehingga mendukung pertumbuhan awan penghasil hujan.

Kemudian, sistem tekanan rendah terbentuk di sekitar wilayah Indonesia, tekanan rendah berpengaruh terhadap aliran angin dan uap air. “Dan gelombang ekuatorial yaitu Rossby terpantau aktif khususnya di Kalimantan dan juga berpotensi membentuk awan penghasil hujan,” terangnya.

Selain itu, terhadap sistem sirkulasi Eddy diperairan selat Karimata, terdapat konvergensi di wilayah Kalteng, dua gangguan cuaca ini berpengaruh terhadap terbentuknya awan penghasil hujan sehingga terjadi hujan dengan intensitas sedang dan lebat pada siang hingga sore hari dengan durasi waktu yang lama.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *