Konsep pertaniannya terintegrasi dan sudah teratur dari dulu sampai kini, intinya tidak perlu lahan luas tapi aplikasi teknologi pertanian ini bisa dilakukan oleh seluruh masyarakat Kobar, Kalteng.
“Ini bisa diterapkan disemua jenis sayuran. Petani tidak perlu bingung lagi menyiram meskipun dalam kondisi kemarau sekalipun, yang penting parit terisi air,” katanya.
Sementara itu Miftahul Syarif mengatakan bahwa pemaparannya saat penjurian kepeloporan sesuai bidang Agama, Sosial, dan Budaya adalah dengan pengkaryaan tari yang dikaitkan dengan pelestarian kebudayaan daerah melalui tari Legenda Patih Mambang.
Dan dalam bentuk konkretnya dengan melakukan kegiatan kebudayaan yaitu latihan sanggar tari, pagelaran seni, pengenalan baju adat, sementara bidang sosialnya aktif di kegiatan organisasi kemasyarakatan seperti karang taruna, komunitas Genpi, dan kegiatan Jumat Berkah.
“Dan untuk keagamaan melalui Jumat Berkah dan hasil sumbangan dari pentas seni kita salurkan kepada panti asuhan dan orang yang membutuhkan,” ungkapnya.
Sebagai pemuda pelopor nasional ia berharap kedepan pemerintah baik provinsi, maupun kabupaten dapat memperhatikan pemuda-pemuda yang mempunyai potensi dan bakat dengan memberikan apresiasi dan dukungan. (tyo/sla)