Dipaparkannya pula, perbaikan produksi batu bara China pada tahun 2023 seiring terkendalinya pandemi diperkirakan akan menekan permintaan batu bara Kalteng. Berakhirnya insentif pembebasan tarif pungutan ekspor (PE) CPO pada tahun 2022 diperkirakan akan menjadi penekan pertumbuhan pada sektor perkebunan dan industri CPO pada tahun 2023.
Dari sisi inflasi, tekanan pada tahun 2023 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Hal ini didukung antara lain oleh prakiraan cuaca yang lebih baik, transmisi dampak kenaikan harga BBM yang diperkirakan sudah berangsur menurun pada triwulan I 2023, dan potensi penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan BBM.
Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng Pramudya Wicaksana juga membeberkan, dinamika perekonomian tahun 2022 terus menunjukkan perbaikan seiring semakin terkendalinya pandemi Covid-19.
“Meski demikian, peningkatan risiko inflasi membayangi seiring penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta mulai menguatnya tekanan dari sisi permintaan,” ujarnya.
Dalam waktu berbeda, Kepala OJK Provinsi Kalimantan Tengah Otto Fitriandy juga memaparkan, tantangan ekonomi kedepan ada dua, yakni tantangan jangka pendek dan tantangan struktural. Antara lain ketidakpastian perekonomian dampak pandemi yang mempengaruhi kekuatan pemulihan,permintaan dan daya beli masyarakat.
”Sedangkan tantangan struktural, diantaranya ketidakpastian perekonomian global dan domestik, termasuk ketimpangan literasi dan inklusi keuangan,” tandasnya. (daq/gus)