Fertigasi Gantung, Solusi Bertanam di Lahan Banjir

bertanam di lahan banjir
Hartis Panggo mengecek tanaman cabai di atas lahan banjir di Jalan Pramuka, Sampit, Rabu (8/9)

SAMPIT – Para petani di Sampit dan sekitar sering kali mengalami gagal panen saat intensitas hujan tinggi. Sebab, lahan tempat menanam acap kali kebanjiran sehingga sayur rusak. Menyiasati kondisi ini, Suprianto membangun kebun cabai dengan cara digantung.

Kebun cabai di Jalan Pramuka tampak beda dari yang lain. Pohon cabai ditanam di polybag. Namun polybag tidak diletakkan di atas tanah, tapi tergantung di kawat. Ada 1.200 polybag yang digantung di atas lahan berukuran 30 meter kali 30 meter itu.

Pemilik kebun H Suprianto mengatakan, kebun cabai ditanam menggunakan media sekam bakar. Karena tanamannya mencapai 1.000 lebih, dirinya tidak ingin direpotkan dengan rutinitas menyiram secara manual. Akhirnya dipakailah sistem fertigasi, yakni teknik penyiraman secara otomatis dengan jadwal yang teratur.

Dia mamasang pipa jaringan air yang langsung disambungkan ke setiap polybag. Air dipompa dengan mesin yang dilengkapi timer. Mesin pun menyala otomatis setiap dua jam sekali.

”Banyak keuntungannya. Pertama, kita tidak repot nyiram air secara manual. Kedua, antibanjir. Meski lahan terendam, tanaman tetap aman karena digantung,” kata Suprianto yang juga anggota DPRD Kotawaringin Timur.

Baca Juga :  Pohon Tua dan Lapuk Ancam Keselematan Warga

Menurutnya, pembuatan kebun cabai dengan sistem fertigasi gantung ini melibatkan seorang pegiat hidroponik bernama Hartis Panggo. Hartis dipercaya untuk membuat semua sistem pemupukan hingga instalasi penggantung polybag.

”Ini pilot project kami. Jika berhasil, kami akan membuka lagi kebun cabai sistem fertigasi gantung seluas dua hektare. Kami ingin memberikan contoh inovasi kepada para petani agar tidak lagi terkendala banjir,” kata Suprianto.

Hartis Panggo menambahkan, investasi awal memang terbilang besar karena harus menyiapkan jaringan fertigasi, membuat instalasi penggantung polybag, dan menyiapkan media tanam. ”Modal awalnya yang besar. Masa tanam selanjutnya tinggal melakukan peremajaan, modalnya tidak besar lagi,” jelasnya.

Menurut Hartis, saat ini masih jarang petani di Sampit yang menerapkan sistem ini. Padahal, ini bisa menjadi solusi jitu bertani di lahan banjir. ”Kalau kita tahu lahan sewaktu waktu bisa kebanjiran. Ketidakpastian ini  harus dicari solusinya. Salah satunya dengan digantung seperti ini,” ujar Hartis. (yit)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *