Gara-gara Sopir Bandel, Kemacetan Km 06 Pangkalan Bun – Kolam Makin Parah

1 macet
MACET LAGI: Kemacetan panjang di KM 06, Jalan Ahmad Shaleh, ruas Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama, Jumat (5/5). (ISTIMEWA/RADAR SAMPIT)

PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Kilometer 06 Kelurahan Mendawai Seberang, Jalan Ahmad Shaleh, ruas Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat menjadi momok bagi pelintas yang menggunakan kendaraan roda enam atau lebih.

Membandelnya sopir truk yang tetap nekat melintas hingga akhirnya celaka menjadi salah satu penyumbang tersendatnya arus lalu lintas di jalur yang dalam masa perbaikan tersebut.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Berbagai upaya telah dilakukan oleh warga setempat yang menyediakan fasilitas mating-mating, namun tidak menjadi solusi, yang semula diperuntukkan bagi roda dua, saat ini justru dilintasi truk bermuatan dan ujung-ujungnya justru hancur.

Kondisi tersebut membuat tersendatnya arus lalulintas sehingga terjadi antrean panjang hingga kilometer. Seperti terjadi pada Jumat sore kemarin, akibat amblasnya truk angkutan berat terjadi kemacetan panjang baik dari arah Kotawaringin Lama maupun Pangkalan Bun hingga malam hari.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat pun telah berupaya dengan menyiagakan alat berat yang selain itu memperbaiki jalan juga menarik kendaraan yang amblas.

Baca Juga :  Pentolan Politikus Kotim Ini Bakal Adu Kuat Menuju Senayan

Informasi dihimpun, tingkat kemacetan akhir-akhir ini semakin tinggi seiring meningkatnya hujan yang mengguyur Kotawaringin Barat yang berdampak makin hancurnya dua titik kerusakan di KM 06.

“Ada info bahwa saat ini mating-mating sudah ditutup, informasinya sih karena memungut tarif dari pengguna jalan, hanya itu yang saya tahu,” kata warga Kotawaringin Lama, yang dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (6/5).

Menurutnya, keberadaan jalan mating-mating yang dibuat masyarakat disatu sisi memang membantu pengendara roda dua yang akan menuju Kolam maupun arah sebaliknya, tetapi disatu sisi memang ada indikasi pungutan, jadi memang ada dampak positif dan negatifnya.

Ia merasa heran, kenapa proyek tidak langsung menyentuh titik kerusakan tersebut, karena dari titik terakhir cor beton sampai ke titik kerusakan jaraknya juga sudah sangat dekat.

”Dari pada menimbulkan persoalan kenapa tidak didahulukan saja titik tersebut di cor beton, kan sama saja toh nanti menyentuh titik itu juga, saya tidak tahu apa pertimbangannya sampai dibiarkan begitu,” keluhnya.



Pos terkait