Meskipun di dalam tembok, warga binaan tetap bisa berdayaguna, salah satunya dengan bertanam sayuran, memanfaatkan lahan sempit yang ada.
“Kami optimalkan pemanfaatan lahan yang ada, sebab dari aturan Ditjenpas, kita tidak boleh keluar dari tembok lapas. Memang ada rencana pelebaran, mudahan bisa dilebarkan jadi lebih leluasa, kebun bisa bertambah lagi,” tandasnya.
Dari segi pemasukan, budidaya tanaman hidroponik tersebut cukup lumayan. Melalui kemandirian ini warga binaan diharapkan bisa mendapatkan penghasilan, sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Cukup lumayan untuk pemasukan. Yang pasti lelahnya mereka tidak sia-sia. Itu yang kita inginkan, mereka tidak berharap dari rumah untuk beli kebutuhan, seperti untuk beli gula, kopi, sabun dan lainnya. Bisa dari sini, itulah kegunaannya keterampilan yang kami berikan,” tutupnya.
Kodim 1015 Sampit Juga Miliki Kebun Hidroponik
Hal serupa juga dilakukan Komando Distrik Militer (Makodim) 1015/Sampit. Tanaman hidroponik berupa sayuran selada hijau dan merah di Makodim 1015/Sampit dibudidayakan pada 30 pipa yang terdiri dari 960 lubang.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1015/Sampit Letkol Inf Muhammad Tandri Subrata mengatakan, pemanfaatan lahan di area Makodim untuk pertanian sistem hidroponik adalah salah satu cara untuk menjaga ketahanan pangan.
“Siapa saja dapat menanam sayuran segar dengan sistem hidroponik, tanpa harus memiliki lahan pertanian yang besar, seperti yang kami lakukan di sini,” ujar Tandri.
Dirinya menyebut bahwa pemanfaatan lahan kosong di area Makodim merupakan arahan dari KASAD TNI AD yang menyerukan kepada jajaran TNI AD untuk mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif dalam program ketahanan pangan.
“Ada program ketahanan pangan dari bapak KASAD, jadi dalam satu program itu ada yang namanya program urban farming, selain menanam padi ataupun mungkin budidaya ikan, Kodim mencoba untuk mengembangkan budidaya sayuran hidroponik,” sebutnya.