Geliat Usaha Hidroponik, Manfaatkan Lahan Nganggur Jadi Produktif  

Kelihatannya Mudah, Tapi Tak Sedikit yang Menyerah

hidroponik lapas
BUDIDAYA: Warga binaan Lapas Sampit membudidayakan sayuran dengan cara hidroponik, Rabu (8/5/2024). (YUNI/RADAR SAMPIT)

Urban farming adalah praktik bercocok tanam dan beternak di daerah perkotaan atau area yang padat penduduk. Biasanya dilakukan di lahan-lahan kecil seperti pekarangan, atap bangunan, teras, halaman belakang, atau bahkan di dalam ruangan.

Sedangkan hidroponik sendiri adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah.

Bacaan Lainnya

“Budidaya sayuran dengan sistem hidroponik dapat dilakukan di lahan terbatas, metode hidroponik juga menghemat penggunaan air,” tuturnya.

Saat ini pihaknya juga memfasilitasi mahasiswa jurusan pertanian untuk melakukan praktik pertanian di lahan tersebut.  “Mahasiswa jurusan pertanian ini sedang membuat proyek  hidroponik, selain selada, nanti juga akan dikembangkan tanaman melon, dan cabai. Jadi kami juga membantu mahasiswa praktik. Kami memfasilitasi kegiatan tersebut, selain memang ada program ketahanan pangan, juga bisa bekerjasama dengan Universitas Darwan Ali, karena kami lihat proyek yang mereka buat cukup menarik,” ungkapnya.

Baca Juga :  Simulasi Penyelamatan Kebakaran di Dapur Lapas Sampit, Petugas dan Tamping Dapur Dilatih Hadapi Situasi Darurat

Pihaknya tertarik untuk pengembangan sayuran hidroponik ini karena berbagai kelebihannya, seperti efisien dalam penggunaan air. “Kami tertarik untuk pengembangan ini, mudah mudahan bisa berguna untuk mahasiswa juga,” tuturnya.

Budidaya sayuran hidroponik ini juga bisa dipasarkan, karena permintaan selada cukup besar.  “Harapannya hasilnya bisa dijual, harga jualnya cukup lumayan. Kami lihat di universitas mereka, hasilnya bisa untuk biaya kuliah,” tandasnya.

Sementara itu Nurcahyo selaku pengurus Komunitas Hidroponik Sampit (PHS) mengatakan, saat ini ada lebih dari 30 pegiat hidroponik yang tergabung dalam PHS. Kapasitas produksi setiap anggota berbeda beda, antara 200 lubang tanam hingga 10.000 lubang tanam.

”Kalau sudah mencapai ribuan lubang, biasanya dipasarkan retail modern dan kafe. Kalau produksinya hanya seratus atau duaratus lubang tanam, itu dikonsumsi sendiri,” kata Nurcahyo.



Pos terkait