SAMPIT, radarsampit.com – Rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi perlu dipikirkan dampaknya secara matang. Pasalnya, kenaikan harga secara langsung akan menggoyahkan perekonomian masyarakat.
Salah satu dampak yang paling dirasakan secara berantai, yakni biaya transportasi yang juga turut mengalami kenaikan, sehingga dapat berimbas pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok dan seluruh produk lainnya.
”Kenaikan harga BBM bersubsidi tentu sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia, khususnya pelaku usaha. Kalau harga BBM naik, biaya transportasi bakal ikut naik. Semua produk pangan dan kebutuhan bahan pokok lainnya pasti ikut naik,” kata Susilo, Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Kotim, Kamis (25/8).
Rencana kenaikan BBM bersubsidi dipicu akibat beban APBN sudah terlalu besar untuk menanggung biaya subsidi BBM khusus penugasan, seperti Pertalite dan solar subsidi. Tahun ini, subsidi untuk energi mencapai Rp 502,4 triliun.
”Saya sebagai Ketua Kadin mendukung (kenaikan BBM) walaupun dampaknya sangat berat dialami pelaku usaha. Selama ini 70 persen pelaku UMKM yang mampu bertahan. Kalau BBM naik, pelaku usaha akan menjerit luar biasa,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, jika memang kebijakan kenaikan BBM harus dilakukan, Susilo berharap pemerintah pusat agar memperhitungkan secara teliti dan matang dampak yang akan terjadi.
”Sebagai Ketua Kadin, saya mendukung kebijakan pemerintah, tetapi kalau jujur secara pribadi menolak. Jangan saat ini. Tahun ini masyarakat sebagai pelaku usaha baru saja bangkit dari keterpurukan pascapandemi Covid-19. Situasi ekonomi juga belum bisa dikatakan pulih betul. Tahun ini bukan saat yang tepat. Kasihan sekali pelaku usaha yang paling merasakan dampaknya,” tandasnya. (hgn/ign)