Harga Elpiji 5 Kg Mencekik, Ramai-Ramai Pindah ke Tabung Subsidi

Harga liquifed petroleum gas (LPG) atau elpiji nonsubsidi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengalami kenaikan
Ilustrasi ((Dery Ridwansah/Jawa Pos))

PANGKALAN BUN – Harga liquifed petroleum gas (LPG) atau elpiji nonsubsidi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengalami kenaikan. Sebagian masyarakat mulai beralih menggunakan gas subsidi 3 kilogram. Saat ini harga gas nonsubsidi tabung ukuran 5,5 kilogram di tingkat pengecer di atas Rp105 ribu, sementara untuk tabung 12 kilogram di atas Rp215 ribu.

Diakui oleh pedagang, harga gas elpiji ukuran 12 kg maupun 5,5 kg sudah naik dari distributor. Pedagang eceran hanya mengikuti harga yang sudah dipatok.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Salah seorang pedagang kuliner di Pasar Indra Sari Pangkalan Bun Rio mengatakan,  kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi 5,5 kilogram maupun 12 kilogram memaksa mereka beralih ke elpiji 3 kilogram.

“Kenaikan harga tabung gas elpiji nonsubsidi membuat saya harus memutar otak, agar masih ada keuntungan sedikit dari hasil jualannya,” ungkapnya, Jumat (8/4).

Bila kondisi tersebut masih terus berlangsung, tidak ada pilihan ia harus menggunakan gas elpiji 3 kilogram, meski saat ini harganya juga ikut terdongkrak.

Baca Juga :  Ramai-Ramai Beri Solusi Sengkarut Elpiji, Pemkab Kotim Bersiap Naikkan HET

Dia juga mendapat jatah elpiji 3 kilogram bersubsidi sebanyak 1 tabung untuk memasak di rumah. Sedangkan untuk usaha, ia mengunakan elpiji nonsubsidi.

“Meski saat ini harganya tembus Rp45 ribu, sepertinya saya akan mulai beralih ke 3 kg untuk usaha,” tegasnya.

Sementara itu, pedagang lainnya Sumiati mengaku kebijakan dalam menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi sangat tidak mendukung para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Padahal dengan melonggarnya aturan berkaitan dengan protokol kesehatan, merupakan kesempatan mereka untuk berusaha mendulang rezeki. Mahalnya harga elpiji membuat mereka harus memutar otak untuk mendapatkan keuntungan.

“Setelah kedelai, tempe, minyak goreng, dan saat ini elpiji yang naik, dan kondisi ini membuat kami pelaku UKM sulit untuk bertahan,” pungkasnya .(tyo/yit)



Pos terkait