Mana yang Lebih Berbahaya: Kecanduan Narkoba atau Judi Online?
Jika mempertimbangkan mana yang lebih berbahaya antara kecanduan narkoba dan kecanduan judi online, secara kasat mata mayoritas orang akan menganggap narkoba.
Hal ini terlihat dari efek fisik yang ditimbulkan pada pemakai hingga penanganan oleh aparat kepolisian yang membentuk satuan khusus reserse Narkoba.
Namun, jika dicermati lebih mendalam, judi online jauh lebih berbahaya. Orang yang mengalami kecanduan judi kebanyakan tidak dapat dideteksi secara fisik oleh masyarakat umum dan cenderung dianggap bukan sebagai penyakit, melainkan kebodohan.
Faktanya, tindakan yang dicap bodoh ini juga dilakukan oleh pejabat negara, anggota dewan, guru, hingga aparat penegak hukum.
Indikator ini menunjukkan bahwa provider judi mampu menjerat korbannya secara mental dan tidak bisa dideteksi oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan psikologis. Kebanyakan kasus kecanduan judi merupakan bentuk pelarian masalah pada kaum intelektual.
Bagaimana Sistem Kerja Judi Online Menjerat Korbannya?
Berdasarkan pengamatan dan data yang ada, berikut ulasannya:
Sejarah Perkembangan Judi Online
1. Tahun 2012: Perjudian via online mulai hadir dalam bentuk media sosial dengan sistem jual beli chip, khususnya poker Zynga. Meskipun belum menggunakan uang sungguhan secara langsung, pemain sudah memperjualbelikan chip tersebut.
2. Tahun 2013: Penggunaan chip dalam judi online melalui media sosial menjadi kurang efektif karena rentan terhadap hacker. Provider beralih ke mata uang sungguhan dengan permainan kartu Asia Poker. Agen-agen judi mulai bermunculan untuk mendapatkan komisi dari provider. Sistem ini sempat menguntungkan bandar dengan menghadirkan bot player, meskipun beberapa pemain menemukan celah sistem dan meraup untung besar.
3. Tahun 2015-2019: Celah dalam permainan Asia Poker membuat provider memperluas jenis judi, termasuk taruhan bola, togel, dan slot. Slot menjadi yang paling berbahaya karena pemain berhadapan langsung dengan sistem provider, yang memiliki kendali penuh.