Jatuh Bangun Menanam, Berkali-kali Gagal Panen

Berkunjung ke Kebun Buah Naga di Desa Kandan

buah naga
PANEN: Direktur Radar Sampit Siti Fauziah saat panen buah naga di Desa Kandan, akhir pekan lalu.

Di tahun 2016, Marso mulai merasakan hasil panen, meski hasilnya saat itu tidak maksimal. Dia terkendala modal, pasokan pupuk terlambat, obat-obatan untuk buah naga, serangan hama, hingga faktor cuaca.

Tahun 2017, Marso mulai melakukan pembenahan. Pohon buah naga yang rusak dipangkas. Kebun dirawat dengan penuh kesabaran. ”Tahun 2017 mulai merasa panen sampai 1 ton dan di tahun 2018 saya beranikan diri beli tanah 1 hektare untuk ditanami buah naga. Hasilnya, di tahun 2018 mulai meningkat sekitar dua ton sekali panen,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Penantian dan kesabarannya merawat tanaman buah naga hingga jatuh bangun dan gagal panen membuahkan hasil. Tahun 2019, usaha dan kerja kerasnya terbayarkan. Hasil panen meningkat hingga empat kali lipat.

”Mulai tanam sampai panen perlu waktu sembilan bulan. Kalau tak dirawat, bisa sampai menunggu dua tahun. Buah naga riskan terhadap hama penyakit, kekurangan pupuk. Biasanya akan muncul bunga tapi rontok dan faktor cuaca,” katanya.

Baca Juga :  Petani Teluk Pulai Panen Padi Varietas Lokal

Namun, di tahun 2019, saat masa panen raya, Marso mampu menghasilkan 8 ton buah naga sekali panen. ”Dalam sekali panen bisa menghasilkan 1 ton per ¼ hektare. Kalau saat panen raya kisaran bulan Desember-Februari bisa menghasilkan  4 ton per ha. Pak Bupati Supian Hadi (Bupati Kotim periode sebelumnya) juga pernah berkunjung ke kebun saya saat panen,” ujar petani yang memiliki tiga orang anak ini.

Dia mengaku senang apabila ada masyarakat Kotim yang mau mengikuti jejaknya sebagai petani buah naga. Hal itu dikarenakan permintaan pasar yang masih tinggi. ”Saya siap berbagi ilmu semampu saya,” ujarnya.

Selama ini dia belajar merawat kebun buah naga secara otodidak. Dinas terkait pun belum pernah mengunjungi lokasi kebunnya. ”Wakil Bupati (Irawati) pernah berkunjung. Saya harapkan dari dinas terkait juga bisa meluangkan waktunya untuk memberikan pembinaan pada petani yang masih minim ilmu,” ujarnya.

Marso mengatakan, tingginya permintaan dipasaran membuatnya sering kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Tak jarang dia harus mencari tambahan dari hasil kebun petani lain.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *