“Itu dulu, semua pemilik toko ketiban rezeki, sukses tapi sekarang sepi, sunyi dan hanya satu dua pengunjumg di hari biasa yang masuk ke Pasar Indra Kencana,” ujarnya.
Kejayaan Pasar Indra Kencana menjadi cerita panjang dan kenangan yang tidak terlupakan bagi generasi yang hidup di zaman itu.
Semula pasar tradisional yang hanya berupa los-los jualan pedagang ikan, daging, sayur mayur, telur, beras dan kebutuhan pokok lainnya, hingga kemudian pasar tradisional itu terbakar pada tahun 1980 an, dan dibangun pasar semi modern 3 lantai yang dikenal saat ini dengan Happy Zone.
“Coba masuk ke dalam pasar, kasihan pedagang, hanya tersisa segelintir yang mencoba bertahan di kondisi yang sulit, sisanya tutup, bahkan pasar jam 19.00 WIB sudah tutup, hanya satu dua yang buka,” bebernya.
Mantan pedagang konveksi Pasar Indra Kencana Yoyo mengaku kehabisan modal karena sepi. Dagangan pakaian menumpuk, modal tidak kembali bahkan terjerat utang. D ia akhirnya memilih menutup tokonya.
Dulu, yoyo mampu meraup jutaan rupiah dalam seharinya. Sebelum ia memutuskan untuk menutup usahanya, untuk mendapatkan Rp500 ribu sehari begitu sulit.
“Lebaran Idulfitri saja sepi, kalau dulu pedagangnya sampai tidak kelihatan oleh ramainya masyarakat yang membeli baju persiapan Lebaran. Era sudah berganti, sekarang masyarakat lebih memilih belanja online,” keluhnya. (tyo)