Lebih Dekat dengan Frisma Sagara, Dokter Spesialis Mata di RSUD dr Murjani Sampit

Menyukai Teknologi, Sempat Bingung Tentukan Karier Masa Depan

Frisma Sagara Dokter Spesialis Mata di RSUD dr Murjani Sampit
LAYANI PASIEN: Dokter Frisma Sagara saat melayani pasien. (HENY/RADAR SAMPIT)

Dia mengaku senang rumah sakit sudah memiliki alat teknologi yang canggih untuk menunjang pekerjaannya. Salah satu alat yang sangat dibutuhkan yakni alat Phaco Emulsifikasi yang digunakan untuk operasi pengangkatan penyakit katarak mata.

”Dengan adanya alat ini, sehari bisa melayani operasi katarak lima pasien. Tetapi, karena dokternya masih saya sendiri, jadi pelayanannya seminggu dua kali untuk tindakan operasi,” katanya seraya menambahkan dalam waktu dekat akan ada dokter spesialis mata yang bertugas menemani tugasnya di rumah sakit.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Frisma menuturkan, pasien yang berkonsultasi di Klinik Mata kebanyakan mengeluhkan gangguan pada mata, seperti katarak dan gangguan penglihatan jarak dekat maupun jarak jauh.

”Pasien paling banyak keluhannya karena katarak dan pengguna kacamata. Selain itu, klinik mata juga melayani pemeriksaan syaraf retina mata pada bayi prematur. Biasanya bayi prematur, syaraf matanya belum matang (sempurna), sehingga pada bayi prematur perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada masalah atau tidak pada indera matanya,” ujarnya.

Baca Juga :  Ramai-Ramai Ikuti Operasi Bibir Sumbing Gratis, Syaratnya Segampang Ini

Sejak 2020 bertugas, Frisma telah melayani operasi katarak hingga 500 pasien. ”Terhitung dari April-Desember 2020, ada 300-an pasien yang ditangani. Ditambah tahun ini, kurang lebih 500-an pasien,” ucapnya.

Banyaknya pasien yang sukses menjalani operasi, membuat rumah sakit menambah satu alat Phaco Emulsifikasi yang harganya mencapai miliaran. ”Ada didatangkan lagi satu alat yang baru datang,” katanya seraya menunjukkan alat yang masih terbungkus plastik itu.

Frisma berharap RSUD dr Murjani Sampit semakin lengkap dengan alat lasik yang sangat populer di Jawa. Satu unit alat itu diperkirakan mencapai Rp 20 miliar.

”Sudah ada dukungan dari manajemen rumah sakit. Semoga kedepannya rumah sakit bisa memberikan pelayanan operasi lasik. Untuk sekarang belum bisa karena belum ada alatnya,” ujarnya.

Mengenai pelayanan di rumah sakit, dia menuturkan, pandemi Covid-19 membuat jumlah pasien yang berobat ke klinik mata mengalami penurunan. Biasanya bisa menangani 30-an pasien, selama pandemi hanya 10-15 pasien dalam sehari.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *