SAMPIT, radarsampit.com – Sejumlah pengusaha di sektor rumah sakit berencana membangun rumah sakit swasta di Kabupaten Kotawaringin Timur. Pemkab Kotim siap menyambut investasi tersebut untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
”Ada beberapa investor yang mengutarakan keinginan membangun rumah sakit swasta. Salah satunya pengusaha asal Kalimantan Selatan, Haji Norhin yang telah membangun Rumah Sakit Islam Sultan Agung di Banjarbaru,” kata Bupati Kotim Halikinnor, akhir pekan lalu.
Informasinya, investor tersebut masih mencari lahan yang cocok, sembari melihat pangsa pasar di Kotim. Karena itu, belum ada kepastian rencana pembangunan rumah sakit swasta itu.
Di samping mengharapkan adanya rumah sakit swasta, pemerintah daerah juga akan terus berupaya menambah sumber daya manusia (SDM) dan memaksimalkan fasilitas di RSUD Parenggean dan RSUD Samuda, agar bisa mengakomodir masyarakat di wilayah selatan maupun utara.
”Kami juga akan berupaya memaksimalkan RSUD Parenggean dan RSUD Samuda supaya bisa rawat inap. Tapi, sekali lagi, kendala kita adalah di SDM yang masih kurang,” ungkap Halikinnor.
Karena alasan itu pula, lanjutnya, pemerintah daerah selalu membuka peluang bagi investor yang ingin membuka rumah sakit swasta di Kotim. Harapannya, jumlah pasien yang ada bisa terbagi dan tidak menumpuk di satu fasilitas layanan kesehatan.
Halikinnor mengakui pelayanan kesehatan belum maksimal seperti diharapkan. Hal itu lantaran masih terbatasnya sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia bidang kesehatan yang dimiliki pemerintah.
Kondisi ini ditambah dengan keberadaan RSUD dr Murjani Sampit yang menjadi rujukan bagi pasien dari daerah lain, seperti dari Seruyan dan Katingan, sehingga jumlah pasien terus meningkat. Bahkan, bisa mencapai 600 orang per hari.
Kondisi inilah yang diakui mungkin belum bisa memberikan pelayanan memuaskan kepada masyarakat. Tidak mustahil pula jika ada sejumlah pasien yang mungkin sampai merasa kecewa dengan kondisi tersebut.
”Memang selama ini kesulitan kita karena rumah sakit satu-satunya dan pasien melebihi kapasitas. Misalnya, satu orang dokter spesialis maksimal hanya 40 orang dalam satu hari pelayanan, sekarang harus melayani lebih banyak, tentu itu tidak seimbang,” katanya. (ang/ign)