Lone Wolf Bikinan JAD

teroris
DIPERKETAT: Petugas kepolisian memeriksa barang bawaan pengunjung di pintu masuk Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (1/4). (SALMAN TOYIBI/JAWA POS )

Terkait kondisi psikologis Zakiah Aini yang berideologi radikal, Polri masih irit bicara. Namun, Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan bahwa ideologi radikal saat ini sangat mudah mencuci otak melalui dunia maya. ”Biasanya menyasar orang yang keingintahuan agamanya tinggi. Tapi, tidak memiliki basis agama yang kuat,” ujarnya.

Dia menuturkan, justru saat ini yang dimanfaatkan kelompok teror itu orang-orang yang bisa menjadi lone wolf. Hal itu dikarenakan menguntungkan untuk kelompok teroris. ”Tidak perlu mengajak ke pengajian yang anggotanya banyak. Lebih aman untuk kelompok teroris,” paparnya.

Bacaan Lainnya

Memang secara tingkat kerawanan, pelaku teror berkelompok lebih berbahaya dari lone wolf. Namun, Lone Wolf jauh lebih sulit untuk terpantau karena bekerja sendirian. ”dia ganti-ganti handphone juga agar mentornya tidak ketahuan,” paparnya.

Baca Juga :  Upaya Darurat Selamatkan Kotim dari Krisis Keuangan

Kelompok mana yang biasa merekrut lone wolf melalui dunia maya? Dia menjelaskan bahwa dari tiga kelompok terorisme, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) , Mujahidin Indonesia Timur, dan Jamaah Islamiyah (JI). Yang tercatat satu-satunya yang merekrut melalui dunia maya hanya JAD. ”Jadi, saya menduga ini akibat JAD,” tuturnya.

Yang perlu menjadi catatan, lanjutnya, soal kemungkinan kelompok teroris terinspirasi dengan aksi Zakiah Aini. Menurutnya, perlu dilakukan pendalaman dan patrol siber terhadap simpul-simpul kelompok teroris. ”lalu, segera menangkap simpul-simpul tersebut,” urainya.

Dulu, kelompok teroris ISIS dinilai menjadi pengaruh besar terhadap kelompok teroris di Indonesia. Ada anggapan bahwa bila ISIS hancur, maka kelompok teroris di Indonesia juga akan menghilang. Al Chaidar menuturkan, namun ternyata Indonesia terjadi devian.

”Di negara lain, seperti Malaysia dan Pakistan, semua melepaskan diri dari ISIS. Tapi, di Indonesia masih banyak yang berharap ke ISIS. Ini penyimpangan yang terjadi di sini. Sungguh aneh,” tuturnya kepada Jawa Pos kemarin.

Menurutnya, jumlah simpatisan kelompok teroris di Indonesia juga terbilang banyak. Berdasarkan penelitian dari Pes Research Center terdapat sekitar 7 juta orang yang menjadi simpatisan atau beridelogi radikal. ”Sebesar itu,” paparnya.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *