Meski Minyak Berlimpah, Pedagang Gorengan Menjerit

Pedagang gorengan di sampit,sampit,Meski Minyak Berlimpah Pedagang Gorengan Menjerit
MIGOR: minyak goreng kemasan di toko swalayan. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

Warni pun khawatir diprotes pembeli apabila menaikkan harga bawang goreng. “Enggak berani naikkan harga, kalau dinaikkan, pembeli protes. Saya tetap jual Rp 3 ribuan kemasan plastik klip,” katanya.

Kenaikan harga minyak goreng juga berimbas ke pedagang gerobak pentol. Surono yang biasanya membeli tahu goreng untuk penjualan tahu pentol mengeluhkan kenaikan harga tahu goreng.

Bacaan Lainnya

“Tahu goreng naik sudah dua minggu ini. Biasanya beli Rp 30 ribu per 100 biji, sekarang naik Rp 5 ribu jadi Rp 35 ribu. Ini ya gak lain sebabnya kalau bukan karena harga minyak goreng naik,” ucap Surono, pedagang pentol yang biasanya mangkal di perempatan Jalan Hasan Mansur – Tjilik Riwut.

Seperti diketahui, pemerintah pusat secara resmi menghentikan kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng, sejak Rabu (16/3). Kebijakan ini dihentikan guna menstabilkan kembali stok minyak goreng. Namun, faktanya harga jual di pasaran membuat kaget masyarakat.

Baca Juga :  Ini yang Diwaspadai Kalteng Putra saat Melawan Persewar

Pantauan Radar Sampit, minyak goreng di swalayan atau supermarket merk Sabrina kemasan 1 liter dijual seharga Rp 24.700, merk Fortune dijual seharga Rp 24.400, Sania 25.400. Sedangkan, untuk harga minyak goreng kemasan 2 liter dijual di kisaran harga Rp 50.500-60.000.

Berlimpahnya minyak goreng di pasaran dan naiknya harga minyak goreng membuat masyarakat Sampit kaget. “Harganya mengerikan. Ujar Megawati, kita enggak usah menggoreng, apapun makanannya direbus saja,” ucap Yanto.

Cuitan warganet pun saling bersahutan. “Iya, kaya bikin mie goreng itu lah, enggak perlu digoreng, jadi saja,” sahut Nono, Keluhan juga dilontarkan Ria, warga Kabupaten Lamandau ini mengaku heran. Sebelum harga minyak goreng disamakan Rp 14 ribu per liter, harga jualnya hanya sekitar Rp 18-22 ribu per liter dan kemasan 2 liter dijual dikisaran Rp 35-40 ribu per liter. “Sekarang ini kenapa jadi lebih mahal lagi ya, apa ini untuk menutup kerugian pas penerapan HET subdisi Rp 14 ribu,” tanyanya.

“Goreng pakai pasir saja. Di Pangkalan Bun, pasir tinggal serok saja di Pasir Panjang (sebuah desa di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Red),” sahut Moko sambil bercanda menyikapi naiknya harga minyak goreng. “Kata menteri, enggak apa-apa mahal, yang penting stok berlimpah,” sambungnya lagi.



Pos terkait