”Sekarang anak-anaknya sudah besar semua, ada yang sudah jadi PNS (pegawai negeri sipil). Tapi, untuk menjadi PNS, mereka harus berganti nama. Nama ayahnya tak digunakan lagi,” tuturnya.
Herman tak pernah tahu bahwa partai yang membuat hidupnya mapan itu ternyata berafiliasi ke PKI. Dari ingatan Lina yang samar-samar, partai itu adalah Partai Indonesia atau Partindo. Akses informasi saat itu memang sangat terbatas. Tak ada televisi, koran, atau bahkan internet seperti sekarang, sehingga informasi mengenai segala sesuatu sulit digali lebih dalam.
Selain Herman, anggota Partindo lainnya juga disinyalir banyak yang ditangkap. Di Palangka Raya, Ketua Partindo, Yanti Saconk, yang menjabat wali kota pertama tak luput dari penangkapan. Sejumlah sumber menyebut ia dibunuh dan tak diketahui keberadaannya hingga sekarang.
Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto yang bertahan selama 32 tahun, mampu menanamkan teror berkepanjangan bagi orang-orang yang terlibat PKI maupun berafiliasi ke partai berlambang palu dan arit itu. Rasa takut dan malu, membuat mereka berusaha mengubur dalam-dalam kisah pahit dan menyakitkan, meski sesungguhnya tak adil bagi mereka, sebagai rakyat kecil. (ign/bersambung)