SAMPIT, radarsampit.com – Pembongkaran Bundaran Tidar di persimpangan Jalan Tjilik Riwut-Tidar dinilai jadi pelajaran penting bagi pemangku kepentingan. Hasrat membangun dan menata kota harus disertai kajian mendalam terkait dampaknya sampai puluhan tahun. Hal tersebut penting agar uang rakyat tak sia-sia dikucurkan.
Demikian pendapat publik yang dihimpun Radar Sampit secara langsung dan sejumlah komentar warga di media sosial, Selasa (30/5). Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PUPRPRKP) Kotim resmi membongkar habis salah satu warisan proyek mercusuar penataan Kota Sampit itu.
”Beginilah contoh pembangunan tanpa perencanaan. Akhirnya malah buang-buang anggaran,” kata Kiki Indriyanti melalui akun Instagramnya.
Rendy, warga lainnya mengatakan, pembongkaran tersebut jadi pelajaran agar dinas terkait melakukan kajian tahapan teknis yang baik. Hal itu penting dilakukan sebelum lebih banyak uang rakyat terbuang percuma untuk membangun dan memeliharanya. ”Saat dibongkar pun ada uang rakyat yang dipakai,” katanya.
Bundaran Tidar merupakan salah satu proyek mercusuar yang digarap pada 2013 silam. Proyek itu merupakan upaya Pemkab Kotim yang saat itu dipimpin Supian Hadi-Taufik Mukri untuk menata Kota Sampit. Ada tiga bundaran lain yang dibangun selain di persimpangan Tidar saat itu, yakni simpang tiga Jalan Samekto dan Bundaran Nanas di Kecamatan Kotabesi.
Total anggaran proyek mercusuar yang digelontorkan saat itu mencapai sekitar Rp232 miliar, menggunakan sistem pendanaan tahun jamak pada 2013, 2014, dan 2015. Selain bundaran, proyek penataan kota itu meliputi pembangunan jalan dan Ikon Patung Jelawat.
Sementara itu, proses pembongkaran bundaran tersebut berlangsung sekitar enam jam. Alat berat dikerahkan menghancurkan bangunan berdiameter 10 meter tersebut. Tanah yang tertimbun dalam bundaran sedalam 1,25 meter dikeruk, tiang lampu dicabut, dan beton yang melingkar dihancurkan.