Belum adanya kepastian, membuat Hadi mencoba bekerja di perusahaan lain. Saat itu dia digaji yang cukup besar, sekitar Rp 1,5 juta.
”Sudah kuliah mengambil terminal, enggak ada ongkos, makanya tetap harus cari kerja supaya bisa bayar kuliah. Setelah 1,5 tahun menunggu, saya ketemu Zain, kawan magang yang dulu di bidang montase yang saat itu kerja di swalayan. Zain mengabari Radar Sampit sudah buka. Kalau mau lanjut kerja lagi, bisa,” ujarnya.
Hadi akhirnya memutuskan kembali bekerja di Radar Sampit yang masih dalam tahap merintis. Akan tetapi, tugasnya sebagai wartawan tak bertahan lama. Dia pindah ke menjadi layout, tim kreatif divisi redaksi yang bertugas menata halaman sebelum terbit.
”Pekerjaan di perusahaan sawit itu hanya 2,5 bulan saja. Gaji lumayan tinggi saya tinggalkan dan memilih kerja di Radar Sampit. Saat magang saya hanya dibayar Rp200 ribu. Selesai magang, gaji pertama saya Rp350 ribu per bulan,” tambahnya lagi.
Masa awal bekerja sebagai layout menjadi sangat berat bagi Hadi. Pasalnya, dia tak begitu menguasai komputer.
”Pertama kerja disuruh pegang halaman Infotainment. Diminta croping, ternyata muka Ahmad Albar terpotong. Jadi layout memang perlu keahlian. Mengatur tata letak berita dalam halaman. Itu semuanya perlu proses. Di situ saya ingat Pak Ajid sambil guyon, menyuruh saya melaminating halaman infotainment yang saya garap itu,” kenangnya.
”Dulu, mengerjakan satu halaman butuh waktu satu jam dan baru bisa pegang halaman setelah menjalani masa magang tiga bulan, Sekarang, mengerjakan satu halaman hanya perlu sekitar 15-20 menit,” tambahnya lagi.
Meski harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja bisnis media, Hadi mengaku merasa nyaman dan sudah menganggap pekerjaannya sebagai layout sudah seperti hobi. Bukan lagi suatu pekerjaan yang membebani pikirannya.
”Saya memilih bertahan bekerja di Radar Sampit, karena ada rasa kekeluargaan. Merasakan keakraban dengan sesama karyawan. Walaupun dimarahi atau kena teguran, tidak mengambil hati karena Radar Sampit sudah seperti keluarga. Saya berharap di usia ke-17 tahun, Radar Sampit tetap eksis dan solid,” ujarnya.