Setelah melalui pertimbangan dan persiapan dana dan mental, Juli 2023, Devina dirujuk ke RS Ulin menuju Poli Bedah Umum.
Ia harus melewati pemeriksaan awal, cek darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya, meski pemeriksaan kesehatan sudah pernah dilakukan di RSUD dr Murjani Sampit.
Selama tiga bulan, Devina menjalani rawat jalan sehingga harus menyewa kos.
”Selama di sana, Devina di cek darah, rontgen, CT Scan, pemeriksaan sedot cairan di bagian paha karena ada benjolan. Setelah pemeriksaan lengkap baru dirawat inap selama 15 hari,” ujarnya.
Selama rawat inap, Devina dilayani dengan baik, mendapatkan pengobatan infus dan pembersihan dibagian benjolan. Namun, secara fisik kesehatannya tak ada perubahan.
”Saat diperiksa trombositnga tinggi, darah kental, tidak bisa operasi sehingga harus diundur. Akhirnya kami pulang ke barak dan sempat empat bulan di sana,” ujarnya.
Karena kehabisan biaya, Sri memutuskan membawa Devina pulang ke Sampit naik travel.
”Selama di Banjarmasin, suami dan anaknya juga ikut dampingi sampai enggak kerja berbulan-bulan demi mengurus Devina. Saya juga harus bolak-balik, karena juga kerja jadi cleaning service di sekolah,” ucap Sri yang baru menjanda, cerai dengan suaminya selama dua tahun ini.
Pada 2 Desember 2024 lalu, Devina kembali di-rontgen di RSUD dr Murjani Sampit.
”Anak saya kembali di rujuk ke IGD RS Ulin Desember 2024 dan dirawat inap selama 15 hari,” ujarnya.
Hasil pemeriksaan lanjutan, dokter spesialis penyakit dalam menyarankan kaki Devina harus diamputasi. Sedangkan dokter spesialis bedah menyebut tak bisa langsung diamputasi, karena ada dua benjolan di paha dan pangkal paha. Apabila diamputasi, akan terjadi pendarahan yang membahayakan pasien.
”Saya memaksa agar cepat ditangani. Devina juga sudah siap di amputasi, tetapi dokter spesialis bedah menyarankan agar kemo dulu sebanyak enam kali,” ujarnya.
Devina pun mau menjalani kemoterapi. Namun, sakit yang ia rasakan kian menjadi-jadi, badannya tambah kurus, mual,sakit kepala, rambut rontok, kehilangan nafsu makan.