PALANGKA RAYA, radarsampit.com – Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah yang tak terkendali, kian memperburuk kualitas udara. Insiden itu diyakini bukan faktor alam, melainkan sengaja disulut manusia kejam demi kepentingan pribadi. Pasalnya, puluhan ribu orang disinyalir sudah jadi korban akibat terpaksa menghirup udara bercampur asap.
Kabut asap yang mulai mencemari udara terjadi di sejumlah wilayah Kalteng, di antaranya Palangka Raya dan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Lebih sepekan ini banyak warga mengeluhkan sakit tenggorokan disertai pilek. Padahal, umumnya penyakit itu sering menyerang saat musim hujan atau peralihan.
Sejumlah orang yang ditemui Radar Sampit mengaku sakit yang dialami bukan seperti flu umumnya. Mereka meyakini terpapar infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Meski demikian, sebagian besar memilih tetap bertahan dengan mengonsumsi obat umum maupun tradisional, tanpa memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Kondisi tersebut membuat jumlah penderita ISPA belakangan ini disinyalir meningkat tajam tanpa terdata instansi berwenang.
Kabag Ops Polresta Palangka Raya Ganda B Napitupulu mengatakan, karhutla yang merajalela belakangan ini kecil kemungkinan disebabkan faktor alam. Artinya, diduga kuat ulah manusia yang sengaja membakar. Alasannya jelas, untuk kepentingan membuka lahan, karena dinilai lebih murah dengan cara membakar ketika cuaca sedang panas-panasnya.
”Kalau alam itu cuma satu persen (menyebabkan karhutla) dan itu kemungkinannya kecil. Namun, kami tetap akan terus melakukan penyelidikan,” tegasnya, Jumat (1/9/2023).
Ganda menuturkan, puluhan personel Polresta Palangka Raya telah dikerahkan untuk menangani karhutla. Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) masih menyelidiki penyebab kebakaran puluhan hektare lahan di Kota Palangka Raya.
”Penyidik Polresta Palangka Raya sudah memberikan garis polisi dari lokasi lahan yang terbakar hebat lebih dari dua titik. Nanti kami akan sampaikan perkembangannya,” ujarnya.
Adapun terkait penanganan karhutla, terkendala tidak adanya sumber air di dekat lokasi. Selain itu, lokasi yang jauh menyulitkan petugas, karena peralatan damkar harus diangkat. Kemudian, api yang ternyata belum padam sepenuhnya karena membara di lahan gambut.