Dia menduga ada permainan politik menjelang Pemilu 2024 terkait keluarnya kebijakan tersebut. ”Kalau dilarang kirim keluar daerah, kenapa tak semua ternak dilarang? Sapi dari Sulawesi, NTT, Bali boleh kirim. Saya menduga ada pengaruh politik,” ujarnya.
Sugito, pengusaha sapi lainnya juga selalu mendatangkan sapi dari Madura. Dia mengaku resah dengan kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan pengiriman.
”Saya sudah pesan sapi setelah Idulfitri. Barangnya sudah siap, cuma pengiriman ke sininya yang belum bisa. Barang dari Jawa belum boleh masuk Kotim,” kata Sugito.
Sugito mengaku telah memesan masing-masing seratus ekor sapi dan kambing. ”Pesannya bertahap. Pesan pertama seratus ekor sapi dan seratus ekor kambing. Dekat Iduladha biasanya pesan lagi. Tergantung permintaan. Tahun kemarin cuma berani pesan 90 ekor. Tahun ini saya berharap penjualan sapi meningkat. Malah ada pembatasan. Padahal, dari pemerintah di Surabaya sudah mengizinkan pengiriman sapi asalkan sudah dapat dipastikan bebas wabah PMK,” ujarnya.
Dia berupaya mengajukan usulan permohonan ke Dinas Pertanian Kotim yang kemudian ditembuskan ke Pemerintah Provinsi Kalteng. Namun, hingga kini masih belum ada kejelasan sampai kapan pembatasan pengiriman dari Jawa ke Kotim berakhir.
”Kotim itu tidak punya peternak besar. Sebagian besar sapi dan kambing didatangkan dari luar daerah. Paling banyak dari Madura, Sulawesi, dan NTT. Ada juga yang didatangkan dari peternak besar di Kabupaten Kotawaringin Barat. Kalau pembatasan ini masih terus diberlakukan, 1,5 bulan lagi Iduladha, bisa-bisa masyarakat tak banyak yang bisa berkurban, karena stok sapi dan kambingnya terbatas,” ujar pria yang aktif sebagai Bendahara DPC PDIP Kotim ini.
Dia berharap pemerintah segera membuka akses pengiriman sapi dan kambing menuju Kotim. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan daging saat Iduladha sesuai permintaan di pasaran. ”Masyarakat beragama muslim juga bisa berkurban,” tandasnya. (hgn/ign)