SAH!!! Kue Ipau Pemicu Keracunan Massal Mengandung Bateri Berbahaya Ini

kepala dinas kesehatan kotim
Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi. (HENY/RADAR SAMPIT)

Beberapa jenis makanan yang paling umum mengandung bakteri Salmonella dapat ditemukan pada daging sapi, ayam potong, dan makanan laut yang dikonsumsi masih mentah atau setengah matang.

”Ada dua sampel yang diambil Labkesda Kotim dan BB POM Palangka Raya. Hasil dari Labkesda ditemukan Salmonella positif dan E coli positif. Bakteri E coli ini ada dalam usus manusia dalam kadar batas tertentu dan dapat berbahaya apabila makanan yang dikonsumsi tercemar atau terkontaminasi,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Bahan baku pangan yang tidak higienis dan proses pengolahan yang kurang steril, lanjutnya, dapat menyebabkan bakteri Salmonella dan E coli berkembang biak pada makanan tersebut.

”Ada kemungkinan proses penyimpanan yang kurang bagus. Barangkali bahan bakunya sudah dibeli lama, lalu dimasukkan ke kulkas. Di kulkas itulah bakteri itu berkembang biak. Dilihat dari pengambilan sampel juga sudah ditemukan adanya perubahan warna. Sampel yang diambil, sisa bahan kue, air untuk memasang, daging, kentang wortel, dan sayur isian dalam kue dan saosnya. Jadi, dari bahan pangannya kemungkinan sudah tidak higienis dan proses pengolahannya kurang steril atau kurang bersih,” ujarnya.

Baca Juga :  Perjalanan Haji Dibuka, Permintaan Pembuatan Paspor di Sampit Meningkat

Sementara itu, hasil pemeriksaan oleh BB POM Palangka Raya belum diketahui. ”Informasinya hasil sampel yang diuji BBPOM Palangka Raya akan diketahui dalam 1-2 minggu,” ujarnya.

Umar menambahkan, pemilik warung makan yang mengolah kue ipau diketahui sudah lama menjual kue ipau dan baru kali ini kue ipau yang diolahnya menimbulkan masalah kesehatan bagi puluhan warga Kota Sampit yang menjadi korban keracunan.

”Untuk penanganan lebih lanjut diserahkan ke kepolisian. Kewenangan Dinkes Kotim kami hanya memberikan pembinaan. Setiap tahun kami mengadakan penyuluhan keamanan pangan (PKP) yang diikuti pelaku usaha makanan dan minuman selama 2-3 hari. Setelah mengikuti pembinaan dan pelatihan itu, mereka berhak mendapatkan sertifikat. Sebenarnya warung makan yang mengolah kue ipau ini sudah pernah mengikuti pembinaan. Mungkin ada proses pengolahan yang kurang higienis dan bahan pangan yang kurang steril, sehingga menyebabkan puluhan orang mengalami keracunan makanan,” katanya. (hgn/ign)



Pos terkait