”Sampai sekarang pun gempa itu terkadang masih dapat dirasakan. Itu pengalaman yang luar biasa yang saya alami ketika saya bertugas di NTB. Selama tiga bulan saya tidur di mobil, karena gempa yang terus terjadi. Saya sudah mengira, gempa bumi ini pertanda kiamat. Namanya orang panik, tidak terpikirkan lagi urusan duniawi. Harta benda semua akan kita tinggalkan. Yang saya pikirkan hanya keluarga terdekat saya,” katanya.
Gempa berkekuatan (magnitude) 7,0 SR yang mengguncang Lombok saat itu bukan pertama terjadi. Mulanya gempa di Lombok berkekuatan 6,4 terjadi pada 29 Juli 2018. Sampai 5 Agustus 2018, BMKG mencatat sedikitnya 585 gempa susulan terjadi hingga pukul 18.46 WITA.
Berdasarkan data BNPB, gempa bumi Lombok tahun 2018 lalu menelan korban jiwa sebanyak 460 orang meninggal, 7.733 korban luka, 417.529 orang mengungsi. Kemudian, merusak 71.962 rumah, 671 fasilitas pendidikan, 52 unit fasilitas kesehatan, 128 unit fasilitas peribadahan, dan infrastruktur.
”Indonesia berada di bawah lempengan bumi. Negara yang memiliki gunung terbanyak didunia. Dengan keindahan dan kekayaan alamnya, tetapi risiko bisa dihadapi manusia kapan saja. Seumur-umur baru kali ini saya merasakan gempa bumi yang luar biasa dahsyat guncangannya,” katanya.
Sekitar pukul 10 malam, telepon Hermawan berdering. Telepon itu dari atasannya yang meminta untuk mengevakuasi rombongan keluarga Menteri Perhubungan yang berjumlah 45 orang berada di Pulau Gili Trawangan.
”Dirjen menelepon saya, meminta mengevakuasi malam itu juga. Saya terpaksa menolak perintah, karena saya belum bisa memastikan kondisi keluarga. Anak buah saya di kantor dan posisi kapalnya juga belum jelas. Perlu waktu 1 jam 30 menit menuju Pulau Gili Trawangan,” katanya.
Keesokan paginya, didirikan posko darurat di Pelabuhan Lembar. Sebanyak 45 rombongan keluarga Menhub berhasil dievakuasi dan dipulangkan. ”Ternyata ada 7.200 wisatawan yang berada di pulau itu. Ada yang diturunkan di Pelabuhan Lembar, ada yang ke Bali, karena saat itu Bali juga kacau dan merasakan dampak gempa. Hampir 80 persen yang ada di pulau itu, wisatawan asing, hanya 20 persen yang wisatawan lokal,” katanya.