”Sejak direnovasi tahun 2008 selama lima tahun masjid belum bisa fungsional dan baru mulai fungsional tahun 2013 tetapi masih belum selesai seluruhnya,” katanya.
Selain mengandalkan hasil sumbangan jemaah setiap Jumat di kisaran Rp 5-6 juta dan salat ied yang terkumpul Rp 10 juta, pembangunan Masjid Nurul Ikram juga didukung bantuan Pemkab Kotim sebesar Rp250 juta dan Pemprov Kalteng Rp500 juta.
”Selama empat tahun pembangunan berjalan, setiap hari petugas masjid juga meminta sumbangan di pinggir jalan yang terkumpul rata-rata Rp5-6 juta sehari dan bantuan dana dari para dermawan,” katanya.
Masjid Nurul Ikram termasuk tipologi Masjid Jami berukuran 40 x 60 meter yang dapat memuat kapasitas 1.200 jemaah. ”Jemaah aktif harian salat lima waktu 100-200-an orang. Memasuki Ramadan ke-14 ini, jemaah mulai berkurang. Keterisian 2-3 saf barisan saja. Kalau salat ied lantai dua dibuka biasanya penuh mencapai 1.200 jemaah,” katanya.
Selama Ramadan 1445 Hijriah, Masjid Nurul Ikram melaksanakan salat tarawih sebanyak 20 rakaat dan witir dua rakaat salam dan satu rakaat salam yang dipimpin oleh Imam Ustaz Basid, Ustaz Hamid, Ust Hamlan, dan Ust Ahim secara terjadwal.
”Setelah salat tarawih dilanjutkan Tadarus Quran. Sorenya kami menyediakan 120 porsi makanan dan takjil untuk jemaah yang singgah ke Masjid berbuka puasa ” ujarnya
”Untuk program rutin harian mengadakan kuliah setiap Sabtu selesai salat subuh dan yasinan setiap malam Jumat,” tambahnya.
Dalam pengembangan masjid, ke depannya telah merencanakan pembangunan TK Al Quran Nurul Ikram, pembangunan menara di belakang halaman masjid, dan pintu gerbang.
”Pembangunan ini rencananya akan menggunakan uang kas masjid yang sudah terkumpul Rp300 juta. Masjid Nurul Ikram juga sudah dilengkapi delapan titik CCTV. Insya Allah kami akan memprioritaskan pembangunan TK Alquran yang nantinya diajarkan secara gratis,” katanya. (hgn/ign)
