Siswa SMPN 1 Sampit Implementasikan Kurikulum Merdeka

Pamerkan 60 Produk, Kuliner Khas Kotim Paling Diminati

smpn 1 sampit
PAMERAN PRODUK: Salah satu kelompok siswa menuai pujian dari Kepala SMPN 1 Sampit yang dapat mempresentasikan produk olahan berbahan rotan dengan baik, Kamis (29/9). (HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com –  Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sampit menggelar perayaan produk dan aksi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di lapangan sekolah pada Kamis (29/9) kemarin. Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari kurikulum merdeka yang mulai diterapkan tahun ajaran baru 2022/2023.

Dalam penerapan P5, siswa kelas VII (tujuh) dituntut untuk membuat dan mempresentasikan hasil karya siswa yang dilakukan secara berkelompok. Ada 5-6 orang per kelompok yang menampilkan berbagai macam produk bertemakan kearifan lokal.

Bacaan Lainnya
Pasang Iklan

Meskipun kegiatan diundur sekitar 1,5 jam dikarenakan hujan deras, acara tetap berlangsung lancar. Siswa-siswi dengan percaya diri berlenggak-lenggok memamerkan produknya berjalan ke tengah lapangan yang disaksikan guru, siswa dan orang tua siswa. Berbagai produk olahan makanan puding, tempuyak durian, abon haruan, keripik kelakai, seluang goreng, nugget haruan, sambal rembang, basreng dan adapula produk kerajinan tangan berbahan dasar rotan, pernak pernik aksesoris, miniatur Huma Betang yang dibuat dari bahan stik es krim, sumping dan pengenalan situs budaya Huma Betang di Jalan Karang Taruna, Kabupaten Kotim. Semua produk yang ditampilkan juga diperjualbelikan dari kisaran harga Rp 5 ribu – Rp 150 ribu.

Baca Juga :  Sakit, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kotim Wafat

Kepala SMPN 1 Sampit Maspa Saridin Puluhulawa mengatakan, produk siswa yang dipamerkan dipersiapkan selama dua minggu mulai dari 19 September lalu. Ada beberapa tahapan yang dilakukan siswa seperti investigasi masalah, pembuatan aksi dan produk, refleksi hingga perayaan produk. Terdapat 60 produk dari 60 kelompok serta ditambah dua kelompok  yang menampilkan aksi tarian dan lagu.

“Produk karya siswa ini harus kita rayakan. Kami ingin masyarakat, orang tua siswa, pengawas pembina sekolah, dinas pendidikan mengetahui produk yang dibuat para siswa dari hasil karyanya sendiri tanpa bantuan dari guru ataupun orang tua,” kata Maspa, Kamis (29/9).

Siswa tidak hanya dituntut memahami pembelajaran secara akademik, tetapi juga dituntut untuk berpikir kreatif mengembangkan minat dan bakat yang langsung dipraktekan.



Pos terkait