Supian Hadi sangat mendukung talk show mengangkat terkait bullying yang menurutnya sangat bermanfaat menyadarkan masyarakat, terutama pemuda untuk berhati-hati dalam setiap ucapan dan tindakan. Karena, bisa saja tindakan bullying itu terjadi tanpa disadari.
”Bullying itu bermacam-macam. Tidak hanya verbal melalui sindiran kata-kata yang diucapkan melalui lisan, tetapi juga bisa melalui fisik dengan cara memukul. Mungkin juga sampai melukai. Karena itu, saya pribadi sangat mendukung kegiatan yang diadakan pemuda Kotim berkarya. Mudah-mudahan persoalan bullying dapat ditindaklanjuti pemerintah daerah. Saya pikir kegiatan talk show ini sangat bermanfaat merubah mindset pemuda di Kotim,” kata Supian Hadi.
Supian sepakat Pemkab Kotim harus menghentikan tindakan perundungan yang dapat membawa dampak negatif, terutama terhadap korban.
”Saya sepakat Kotim harus stop bullying. Kita lihat di medsos, tindakan bullying diawali dengan lelucon candaan, tetapi sebenarnya bullying ini akan berdampak sangat luar biasa bagi psikologis korban. Dia menjadi malu, rendah diri, dan tidak percaya diri bersosial dengan masyarakat luas,” ujarnya.
Menurutnya, semua pihak, baik pemerintah, sekolah, orang tua, dan pelaku bullying itu harus disadarkan dan diberikan edukasi agar menghentikan tindakan yang dapat berakibat fatal apabila itu menjadi perbuatan yang dinilai hal yang biasa.
”Perbuatan bullying harus dihentikan dengan kerja sama dan peran semua pihak. Kalau tidak, ini akan berakibat fatal merusak karakter pemuda di Kotim yang akan datang. Kalau Kotim ingin lebih baik dan lebih maju lagi, maka bentuk karakter pemuda di Kotim dari sekarang untuk stop bullying,” ujarnya.
Dia memahami kebanyakan korban bullying tak percaya diri melapor pada pihak berwenang, karena ada perasaan ketakutan dan rasa malu.
”Saya pikir korban bullying itu tahu, kalau perbuatan pelaku yang membullynya itu salah. Tetapi, kebanyakan korban memilih tidak lapor karena ketakukan bertambah malu, kurangnya rasa percaya diri. Saya yakin di Kotim ini tidak satu dua orang yang menjadi korban yang enggan melapor, tetapi banyak,” ujarnya.