Di tengah harga beras yang semakin mahal, modal untuk membeli bahan baku pengolahan bubur, sayur-sayuran, dan bumbu memerlukan dana tidak sedikit. Namun, Malik yang juga selaku anak dari Alm Seman Arif tokoh masyarakat yang mewakafkan tanah yang kini menjadi bangunan Masjid Madinatul Al Mubarokah merasa bersyukur, karena memasak bubur asyura sepenuhnya diperoleh dari sumbangan donatur yang merupakan jemaah aktif di masjid tersebut.
”Kalau saya perkirakan, untuk bahan makanan membuat bubur asyura 150 kilogram ini kira-kira bisa mencapai Rp5-7 juta. Ini hanya perkiraan saya saja, karena dana sampai semua peralatan memasak ini sumbernya dari donatur utama kami, Pak Haji Kamarudin. Beliau tidak pernah menyebut biayanya. Selama tujuh tahun ini beliau selalu bantu dan mudah-mudahan kegiatan ini istiqomah dilakukan setiap setahun sekali,” kata Malik.
Kabarnya, panci besar yang digunakan untuk memasak bubur asyura milik Kamaruddin dipesan khusus dari Jeddah, Arab Saudi seharga Rp30 juta per panci. Pengirimannya melalui kargo sampai Sampit mencapai lebih Rp60 juta.
Panci itu bisa dikatakan yang terbesar dimiliki Kamaruddin di Sampit. Panci tersebut kerap dimanfaatkan dalam setiap kegiatan, seperti haul tokoh agama, peringatan Maulid Nabi, dan acara hajatan besar lainnya.
Tradisi memasak dan berbagi bubur asyura dimaknai sebagai bagian dari syiar agama Islam. Pada bulan mulia ini, umat islam dianjurkan memperbanyak amal ibadah di bulan Muharram yaitu bulan pertama dalam kalendar islam atau tahun baru islam yang tahun ini jatuh pada Minggu 7 Juli 2024 (1 Muharram 1446 Hijriah).
Beberapa amalan yang dianjurkan di bulan Muharram, yaitu memperbanyak puasa sunnah khususnya puasa sunnah Tasua 9 Muharram, Puasa Asyura 10 Muharram, Puasa Ayyamul Bidh (puasa tiga hari setiap bulannya), memperbanyak zikir dan salat sunah, memperbanyak baca Alquran, menyantuni anak yatim, dan bersedekah, salah satunya berbagi bubur asyura secara gratis.
”Bubur Asyura tidak hanya sebuah makanan, tetapi memiliki makna kebersamaan, rasa syukur, dan solidaritas umat Islam. Sesuai tradisinya, hidangan ini dibuat dalam porsi besar yang kemudian dibagikan kepada masyarakat, khususnya kepada anak yatim di beberapa panti asuhan yang juga dapat merasakan bubur asyura olahan kami,” kata Malik.