Ajaran Menjalin Silaturahmi Saat Idulfitri

Silaturahmi Saat Idulfitri
Oleh Dr. H. Joni, SH.MH

Konsekuensi Penting

Bahwasanya silaturahmi secara mudah berarti menyambung tali kekerabatan atau menyambung sanak saudara. Silaturrahim sebenarnya dan menjadi dasarnya  tidak khusus dilakukan pada bulan syawal atau bahkan Idulfitri semata. Silaturrahim dan berbuat baik pada kerabat diperintahkan oleh agama dan disandingkan dengan perintah menyembah Allah serta berbuat baik pada orang tua merupakan kewajiban mulia di sepanjang waktu.

Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,”(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 36).

Dalam beberapa hadits, menyambung tali persaudaraaan dinyatakan sebagai ciri orang yang beriman sempurna. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa beriman (dengan sempurna) kepada Allah dan hari akhir maka sambunglah kerabatnya.”(HR. Bukhori Muslim). Dalam kesempatan lain beliau ditanya, “Siapakah manusia yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling bertakwa kepada Allah dan paling menyambung tali kekerabatan.” (HR. Ahmad dan at-Thabrani). Begitu pentingnya silaturrahim hingga Rasulullah menganjurkan untuk mempelajari hubungan kerabat demi silaturrahmi.

Baca Juga :  Pendayagunaan AMDAL dalam Pengendalian Lingkungan Hidup Menurut UU Ciptakerja  (1)

Dalam makna lain, konsekeunsi dari keharusan menjalin silaturrahmi ini adalah larangan atau celaan terhadap orang yang memutus tali kerabat. Penekanan hal ini bahkan dinukilkan dalam Alquran, bahwa memutus tali kerabat dikategorikan sebagai ciri orang fasik dan orang yang rugi. Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (QS. All-Baqarah 2:27). Ancaman juga disampaikan oleh Rasulullah SAW bahwa tidak akan masuk surga orang yang memutus (tali kerabat) (HR. Bukhari Muslim dan perawi lainnya).



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *