Akibat Kerakusan Merusak Alam, Dampaknya Menimpa Ribuan Orang

banjir kobar meluas
BENCANA: Banjir di wilayah Kecamatan Aruta dan Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Jumat (9/9). (BPBD KOBAR FOR RADAR SAMPIT)

PANGKALAN BUN, radarsampit.com – Bencana banjir yang melanda Kabupaten Kotawaringin Barat dalam beberapa tahun terakhir, merupakan akibat kerakusan manusia merusak alam. Daerah resapan hilang akibat menipisnya hutan yang dibabat pembalak liar.

Kerusakan alam tersebut membuat Kobar pernah dilanda banjir hingga beberapa kali dalam setahun pada 2021. Hampir enam kecamatan terendam banjir ketika itu.

Bacaan Lainnya

Tahun ini, Kecamatan Arut Utara, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kecamatan Pangkalan Banteng, dan Kecamatan Arut Selatan, tercatat dilanda banjir beberapa kali.

Aktivis lingkungan dari Friends of Nation Park Foundation (FNPF) Basuki Budi Santosa menegaskan, berdasarkan pengamatannya, banjir yang terjadi akibat habisnya area hutan.

”Daerah aliran sungai (DAS) idealnya 30 persen adalah hutan. Namun, untuk Kabupaten Kotawaringin Barat, secara umum hanya di daerah aliran sungai tertentu saja,” katanya, Minggu (18/9).

Baca Juga :  Aquarius Kembali Hadirkan Wisata Kuliner Ramadan

Dia menuturkan, di wilayah yang saat ini dipenuhi area perkebunan kelapa sawit, sangat rawan terjadi banjir. Aktivitas pertambangan yang mulai marak juga menjadi faktor penyebab lingkungan menjadi rusak.

Dia mencontohkan wilayah Kalimantan Timur yang banyak lokasi pertambangan, sehingga ketika hujan sekitar satu jam, langsung banjir.

Menurutnya, banjir yang terjadi di Kobar merupakan tanggung jawab pemerintah. Pasalnya, aktivitas pembabatan hutan untuk areal perkebunan atas izin pemerintah.

”Kalau perkebunan masyarakat hanya dalam skala kecil. Beda dengan perusahaan besar swasta (PBS),” ujarnya.

Dia melanjutkan, saat ini hanya tinggal menunggu waktu. ”Termasuk di Kobar, kita ini berada di lahan gambut yang saat ini fungsinya juga sudah berubah menjadi perkebunan, sementara gambut fungsinya untuk menyerap air,” katanya.

Sebagai informasi, saat ini hutan di sepanjang jalur lintasan Jalan Ahmad Shaleh Pangkalan Bun, Kotawaringin Lama, semakin menipis. Selain akibat pembalakan liar, juga diakibatkan alih fungsi kawasan hutan. (tyo/sla/ign)



Pos terkait