Sinyal bahaya sudah dikeluarkan jauh hari. Prakiraan musim kering tahun ini lebih tinggi, gagal diantisipasi. Rakyat akhirnya jadi korban kegagalan belajar dari pengalaman.
Laporan: YUNI PRATIWI | radarsampit.com
Bau asap di Kota Sampit sudah menyengat sejak pekan lalu, terutama malam hari. Hendra yang baru pulang dari tempatnya bekerja, Jumat (29/9/2023) beberapa kali harus menahan napas sebelum memasuki kediamannya di Jalan Tidar, saking sangitnya udara yang dihirup.
”Saya tak menggunakan masker. Tak mengira asap malam itu begitu pekat. Mungkin kebakaran hutan dan lahan meluas, sampai asapnya seperti itu,” katanya.
Karyawan swasta ini mengira, di dalam rumah bisa aman dari sengatan kejam udara beracun hasil kebakaran. Asap ternyata menyelusup masuk melalui ventilasi udara kediamannya. ”Dalam rumah pun ternyata masih sangat menyengat. Malam itu terpaksa kami serumah menghirup asap,” katanya kepada Radar Sampit, Minggu (1/10/2023).
Teror asap ternyata kian mengganas. Untuk pertama kalinya Kota Sampit mendapat warna hitam oleh aplikasi pemantau kualitas udara. Sejumlah warga yang ditemui Radar Sampit, mengaku mulai tersiksa dengan asap yang menyengat tersebut. Beberapa dari mereka menggunakan masker.
”Terpaksa harus kembali pakai masker dengan kualitas udara yang buruk seperti ini. Mudahan tak sampai sakit tenggorokan seperti sebelumnya, ketika asap juga sedang parah-parahnya,” kata Lina, warga Baamang.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) pada 1 Oktober 2023 sekitar pukul 09.00 WIB masuk dalam kategori bahaya, yang ditunjukkan dengan warna hitam. Angka yang diperlihatkan mencapai 313 dengan parameter kritis, yaitu PM2,5. Masuk dalam kategori berbahaya.
ISPU dengan nilai lebih tinggi dari 300 berarti tingkat mutu udara yang ada berpotensi merugikan kesehatan yang cukup serius pada makhluk hidup. Selain itu, perlu ditangani secara cepat.