Keberatan Wajib PCR, Warga Berharap Dikaji Ulang

Keberatan Wajib PCR
Ilustrasi tes PCR. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

Terkait hal tersebut, Sekda menekankan agar masing-masing wilayah melakukan operasi dengan standar yang sama. Jangan sampai aturan yang sudah dibuat tersebut tidak berjalan optimal, karena dapat mengganggu upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 dari aktivitas perjalan luar daerah.

”Harus ada monitoring dan evaluasi terhadap penerapan pembatasan ini. Di daerah, bupati dan wali kota juga ikut melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan pembatasan ini,” pungkasnya.

Bacaan Lainnya

Dampak Ekonomi

Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Kotawaringin Timur Susilo Kotim memberikan sudut pandang positif terhadap kewajiban RT PCR dalam konteks memutus mata rantai penyebaran Covid 19. Namun, ada biaya besar yang ditanggung masyarakat dan pengusaha ketika wajib RT PCR yang mencapai Rp 900 ribu per orang.

Dari sisi ekonomi, ada risiko besar yang bakal ditanggung Kalteng, yakni menurunnya jumlah penumpang transportasi udara karena keberatan biaya RT PCR. Ketika load factor (tingkat isian) pesawat rendah, maka maskapai berpotensi menutup rute penerbangan ke Kalteng.

Baca Juga :  Sudirman Banjir Lagi, Macetnya Lebih Parah

”Buat apa mempertahankan rute ke Kalteng kalau tidak ada penumpangnya. Ketika nanti tidak ada penerbangan, investasi dipastikan akan turun,” ujar Susilo di Sampit, Minggu (18/4).

Saat ini saja, para pengusaha menjerit karena dampak Covid-19. Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dari daerah. Jika daerah tercekik oleh aturan yang memberatkan, maka upaya pemulihan ekonomi berjalan di tempat.

”Kebijakan ini kalau dilaksanakan dalam waktu lama, luar biasa dampak sosial ekonominya. Tapi, kalau hanya sebatas untuk mencegah selama arus mudik Lebaran, silakan saja,” ujar Susilo.

Kewajiban RT PCR bagi warga yang masuk Kalteng juga dikeluhkan sektor jasa, terutama dunia perhotelan. Banyak tamu hotel dari luar daerah yang membatalkan pemesanan kamar.

”Tamu kami kebanyakan dari luar Kalimantan. Ketika ada kewajiban tes PCR, sebagian bakal menunda perjalanan. Ini menjadi pukulan berat bagi perhotelan,” ujar Manajer Midtown Xpress Sampit Nurvedi Eko, Minggu (18/4). (tyo/sla/sho/yit/ign)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *