Cerita Kapolres Kotim Nyaris Ditikam Preman

Ketika Kapolres Kotim AKBP Abdoel Harris Jakin Berbagi Pengalaman (1)

kapolres
BERBAGI PENGALAMAN: Kapolres KotimAKBP Abdoel Harris Jakin berbagi pengalamannya selama bertugas sebagai aparat negara. (HENY/RADAR SAMPIT)

Tak puas dengan diploma-3, Jakin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 2008. Dia mengambil jurusan Pembinaan dan Keamanan (Binkam) di Jakarta. Setahun kemudian, Jakin lulus meraih gelar sarjana PTIK.

Setelah lulus pada 2009, Jakin kembali bertugas sebagai Kapolsek Soreang, Bandung, Jawa Barat selama satu tahun. Setahun kemudian, pada 2010 – 2011, dia bertugas menjadi pembina taruna akpol selama setahun.

Bacaan Lainnya

Seiring pertambahan usia dan kematangan bekerja, Jakin kemudian pindah tugas dan ditempatkan di Polda Metro Jaya. Berbagai jabatan pernah diembannya, mulai dari menjadi Kanit Jatanras (Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan), Kapolsek Ciledug, Biro SDM Polda Metro Jaya, dan jabatan strategis lainnya.

Selama di Jakarta, ada pengalaman lucu yang masih diingatnya. Ketika itu, dia masih menjabat sebagai Kanit Jatanras Tangerang menangani tiga kasus pembunuhan yang korbannya kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).

Baca Juga :  Bangunkan Sahur Pakai Musik Keras Bakal Disatroni Polisi

”Kehidupan di Tangerang itu keras. Preman disana tidak segan-segan melukai polisi saat bertugas. Kami bertugas wajib berpakaian lengkap. Saya pernah hampir ditikam saat menangani kasus di sana,” ujarnya.

Selama kurang lebih enam tahun bertugas di Jakarta, Jakin kembali melanjutkan sekolah staf pimpinan menengah Polri selama setahun dan lulus pada 2017. ”Setelah lulus, langsung penempatan tugas di Kendari, Sulawesi Tenggara. Tugas disana tidak lama, hanya beberapa bulan. Lalu kembali dipindah tugas ke Mabes Polri sebagai Kasubag Sub Bagian Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri sampai 2020 dan akhirnya saya pindah tugas di Kota Sampit,” katanya.

Menurutnya, setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang beragam. Penanganan persoalan masyarakat tidak dapat ditangani dengan cara yang sama. Dia mencontohkan, penanganan kasus peredaran jual-beli minuman keras (miras) di Kotim yang beberapa bulan terakhir jadi sorotan masyarakat.

Dia menuturkan, penanganan peredaran miras di Kotim berbeda dengan daerah lain yang sebelumnya pernah ditanganinya. Kotim merupakan kabupaten yang memiliki budaya, suku, agama, dan tradisi yang beragam.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *