Proses rehabilitasi yang panjang dan membutuhkan waktu bertahun-tahun menunjukkan besarnya investasi yang diperlukan dalam melatih satwa liar, yang memiliki DNA yang 97 persen serupa dengan manusia ini. “Apresiasi dan siap dilepasliarkan kembali dan hidup di alam liar. Harapan kami semoga dalam tahun-tahun mendatang, orangutan yang dilepasliarkan dapat berkembang biak dan menjalankan fungsi ekologisnya dengan baik di alam liar,” ucapnya.
Kemudian, Ketua Pengurus Yayasan BOS Jamartin Sihite menyampaikan, terima kasih atas mendukung upaya konservasi alam. Saat ini, sekitar 400 orangutan masih direhabilitasi oleh Yayasan BOS, dan sebagian besar diantaranya sudah siap untuk hidup bebas di hutan.
“Delapan orangutan yang dilepasliarkan ini telah menyelesaikan tahap akhir proses rehabilitasi di pulau pra-pelepasan di Pulau Salat, Pulau Bangamat dan Pulau Kaja. Pelepasliaran delapan orangutan ini merupakan hal yang sangat penting, menjadi yang kelima kali di tahun 2023 oleh Yayasan BOS bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” pungkasnya. (daq/fm)